Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina Prime, Tangker Raksasa Milik BUMN tapi Berbendera Panama

Kompas.com - 05/04/2022, 11:26 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Kapal super tanker Pertamina Prime kelas very large crude carrier (VLCC) yang mengirim minyak dari di laut lepas Denmark dicegat oleh para aktivis lingkungan Greenpeace. Alasannya, penjualan minyak dipakai Rusia untuk mendanai serangan militer ke Ukraina.

Dengan menggunakan kayak dan berenang, sebanyak 11 aktivis organisasi nirlaba yang fokus pada isu lingkungan itu mengadang tanker minyak tersebut pada Kamis, 31 Maret 2022. Greenpeace sendiri menyerukan embargo terhadap minyak asal Negeri Beruang Putih.

Sebagai informasi, Pertamina Prime merupakan kapal tanker raksasa dengan kapasitas angkut mencapai 2 juta barrel milik PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina International Shipping (PIS).

Dikutip dari laman resmi PIS, Selasa (5/4/2022), Pertamina Prime adalah satu dari tiga kapal tangker minyak terbesar yang dimiliki Pertamina, dengan kapasitas 2 juta barel sekali angkut.

Baca juga: Mengapa Kapal Berbendera Panama Menguasai Lautan Dunia?

Tanker berukuran 301.000 deadweight tonnage (DWT) itu dibangun di Galangan Japan Marine United (JMU) sejak tahun 2018 dan mulai berlayar pada 9 Februari 2021. Namun meski dimiliki perusahaan BUMN Indonesia, kapal ini memilih menggunakan bendera Panama.

Selain Pertamina Prime, dua kapal lainnya dengan kapasitas angkut 2 juta barel minyak adalah Kapal Pertamina Pride dan MT PIS Pioneer.

Sama halnya dengan Pertamina Prime, MT PIS Pioneer juga menggunakan bendera Panama. Sementara kapal tangker ketiga, Pertamina Pride, memakai bendera Singapura.

Dikutip dari situs vesselfinder.com, kapal tanker Pertamina Prime saat ini sedang dalam pelayaran dan posisinya ada di Laut Utara. Posisinya ada di Laut Utara koordinat 53.24841 N/2.73675 E.

Baca juga: Apa Saja Perbedaan Terusan Suez dan Terusan Panama?

Laut Utara merupakan wilayah perairan di Samudra Atlantik. Laut lepas itu berbatasan dengan Norwegia dan Denmark di timur, Inggris Raya di barat, Samudra Atlantik di utara, dan sejumlah negara Eropa di sisi selatan.

Dalih Greenpeace

Greenpeace mengaku punya alasan kuat untuk mengadang kapal Pertamina Pride. Selain memblokir jalur kapal, organisasi aktivis lingkungan ini juga mencorat-coret lambung kapal.

"Pukul 11:00 waktu setempat (09.00 GMT), para aktivis mulai memblokade supertanker Pertamina Prime, dan mencegah Seaoath mendekatinya dan memblokir transfer minyak," kata juru bicara Greenpeace Emma Oehlenschlager dikutip dari AFP.

Para aktivis menuliskan "Oil fuels war" pada lambung kapal Pertamina Prime. Sekitar 10.000 ton minyak mentah akan dipindahkan dari kedua kapal itu.

Baca juga: Lonjakan Utang Pemerintah, Sebelum dan Setelah Jokowi Jadi Presiden RI

Dalam 2 pekan ini, Greenpeace Denmark telah melakukan beberapa aksi untuk mencegah kapal Rusia melakukan pemindahan minyak mentah.

"Ini yang pertama kalinya berhasil untuk mencegah pengiriman. Dalam kasus lain, kapal tangker dialihkan atau dipercepat," ucap Oehlenschlager said.

"Para aktivis akan mempertahankan blokade selama mungkin untuk mencegah kedua kapal saling mendekat dan melakukan pemindahan," sebutnya.

Dilansir Kontan.co.id, Greenpeace menyatakan, telah melacak 299 kapal tanker yang membawa minyak dan gas dari Rusia sejak Moskow melakukan yang mereka sebut sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina pada 24 Februari. Dari jumlah itu, 132 di antaranya menuju Eropa.

Menurut salah satu pialang kapal, Pertamina Prime yang mengumpulkan minyak mentah dari beberapa kapal tanker, akan berlayar ke China setelah transfer minyak selesai.

Baca juga: Pertamina Sebut Kenaikan Konsumsi Pertalite Hanya Sementara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com