Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Sebelum memasuki tahap wawancara, kita harus mendaftar dengan melampirkan CV atau portofolio terlebih dahulu. Biasanya, tahap ini adalah saat yang mendebarkan.
Para HR akan sibuk melakukan pengecekan latar belakang kandidat. Misalnya, lewat media sosial dan kantor sebelumnya, catatan kriminal, pengecekan ijazah, cek kesehatan, hingga wawancara kerabat dekat (untuk posisi tertentu).
Mincot, selaku admin HRD Bacot, dalam siniar Obsesif bertajuk "Yakin Profilmu Sudah Cukup Baik di Mata HRD?" memaparkan bahwa tahap ini setiap tahunnya menjadi lebih ketat. "Background checking itu kita perlukan apalagi beberapa waktu lalu ada rame kandidat nipu, 'kan."
Mincot pun mengungkapkan alasan mengapa hal ini harus dilakukan, "Karena ada citra perusahaan yang perlu dijaga. Jadi, kita gak mau masukin orang yang gak punya kredibilitas."
Selain hal di atas, sikap dan sifat kandidat juga menjadi bahan pertimbangan. Apabila kandidat memiliki catatan yang buruk, maka perekrut tak berani mengambil risiko untuk menerimanya.
"Karena attitude jelek itu bisa membawa ke attitude yang lebih jelek lagi," jelasnya. Lantas, apa saja yang bisa dilakukan agar profil kita memikat hati para perekrut?
Saat menyerahkan CV, perhatikan posisi yang dituju. Jika posisi itu berada pada industri kreatif, seperti desainer grafis, maka gunakanlah CV kreatif.
Sementara itu, jika kita mendaftar pada posisi formal, seperti digital marketing, gunakanlah CV ATS agar terlihat lebih profesional.
Penelitian Susanti (2021) menunjukan bahwa 90% CV yang lebih modern mampu menarik minat perekrut. Jadi, jangan lupa juga untuk mencantumkan portofolio.
Baca juga: Para Fresh Graduate, Kenali Hubungan dan Jenis Perjanjian Kerja
Jika CV kreatif, kita bisa melampirkannya dalam bentuk bukti unggahan dan deskripsi. Sementara CV ATS, cukup dengan memberikan tautan yang memuat seluruh portofolio kita.
Selain itu, yang tak boleh dilewatkan adalah informasi seputar deskripsi diri, informasi kontak (surel lebih diutamakan), pendidikan terakhir, pengalaman bekerja dan pencapaiannya, serta kemampuan penunjang.
CV yang sukses memiliki penyampaian yang baik. Oleh karena itu, tata letaknya juga harus diperhatikan, khususnya tipe ATS. Hal ini dilakukan agar perekrut dapat lebih mudah melakukan pengecekan.
Mengutip The Guardian, CV yang baik memiliki kejelasan isi dan konten. Jadi, jangan sampai isi CV terlalu bertele-tele. Buatlah CV dengan maksimal dua halaman.
Para perekrut setiap harinya menerima ratusan dokumen lamaran sehingga mereka hanya punya waktu sepersekian detik untuk menilai. Maka dari itu, CV yang ringkas, padat, dan sesuai akan lebih mudah untuk dilihat.