Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sentimen Resesi Bikin Wall Street Merah, Saham-saham Teknologi Rontok

Kompas.com - 06/04/2022, 06:28 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

JAKARTA, KOMPAS.com – Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street ditutup melemah pada perdagangan, Selasa (5/4/2022). Penurunan ini terjadi terdorong oleh sentimen kekhawatiran pasar terhadap rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi. Investor khawatir aksi tersbut akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Pasa hari tersebut, Gubernur Federal Reserve Lael Brainard mengungkapkan adanya potensi bank sentral dapat mengambil pendekatan yang lebih agresif untuk kebijakan pengetatan.

Nasdaq Komposit merespons hal itu dengan penurunan 2,26 persen. Dilanjutkan oleh S&P 500 sebesar 1,2 persen, dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang kehilangan 280,7 poin, atau 0,8 persen.

"Pada akhirnya, cara ini (menaikkan suku bunga) akan bekerja, ekonomi akan melambat, pasar saham harus mencerminkan hal itu. Jadi, saya memperkirakan pasar saham akan mengalami beberapa bulan yang sulit di sini karena pada akhirnya menyesuaikan dengan apa yang dilakukan dan akan dilakukan The Fed,” kata Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics, seperti dikutip dari CNBC.

Baca juga: BLT UMKM 2022 Bakal Cair, Ini Besarannya

Saham teknologi yang menyumbang pelemahan tertinggi diantaranya Nvidia yang ambles 5,2 persen, dan AMD yang kehilangan lebih dari 3 persen. Beberapa investor percaya, perusahaan teknologi dapat paling dirugikan oleh rencana kenaikan suku bunga The Fed.

Sementara itu, sektor-sektor seperti utilitas dan perawatan kesehatan menguat, seperti halnya Johnson & Johnson dan McDonald’s yang menguat hampir 1 persen, saham kapal pesiar seperti Karnaval dan Norwegian Cruise Line masing-masing bertambah lebih dari 2 persen dan 1 persen.

"Cara pasar bertindak hari ini, berpedoman pada mempertahankan kinerja sektor terkait komoditas, sementara kinerja teknologi berada di bawah kekhawatiran suku bunga tinggi. Ada kekhawatiran tentang ekonomi setelah rencana The Fed tersebut,” kata Keith Lerner co-CIO kepala strategi pasar di Truist.

Baca juga: Sulitnya Mencari Minyak Goreng Curah Rp 14.000...

Imbal hasil Treasury AS 10 tahun melonjak menjadi 2,56 persen dan mencapai level tertinggi sejak Mei 2019. Sementara itu, kekhawatiran resesi terus menakuti investor. Deutsche Bank yang merupakan bank besar pertama di Wall Street, memperkirakan potensi resesi AS yang sudah di depan mata.

"Ekonomi AS diperkirakan akan mendapat pukulan besar dari pengetatan ekstra oleh The Fed pada akhir tahun depan dan awal 2024. Kami melihat dua kuartal pertumbuhan negatif dan kenaikan lebih dari 1,5 persen poin dalam tingkat pengangguran AS, perkembangan yang jelas memenuhi syarat sebagai resesi, meskipun moderat," ujar salah seorang ekonom perbankan.

Sementara itu, harga minyak tergelincir pada Selasa waktu setempat. West Texas Intermediate yang turun 1,28 persen di posisi 101,96 dollar AS per barel dan minyak mentah berjangka Brent juga turun 0,83 persen, menjadi 106,64 dollar AS per barel.

Baca juga: Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan dengan Mudah Tanpa Harus Keluar Rumah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com