KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Budaya Hibrida, Budaya yang Baru

Kompas.com - 09/04/2022, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENGHADAPI perubahan suasana kerja pada masa pandemi adalah tantangan. Kita memang membuat istilah new normal dalam menghadapi pandemi ini.

Namun, new normal ternyata tidak datang seperti yang diharapkan. Kita tidak bisa begitu saja kembali ke kantor dengan gaya yang baru ini.

Banyak orang yang sudah merasa nyaman dengan gaya bekerja dari rumah sehingga merasa berat ketika harus berkendaraan kembali untuk pulang pergi tempat kerja.

Melihat perkembangan tren tersebut, perusahaan pun berusaha mengakomodasi kebutuhan karyawannya. Namun, bagaimana jadinya bila hal ini terjadi pada perusahaan manufaktur, yang pekerjanya harus sepenuhnya bekerja di lapangan, sedangkan bagian back office ternyata bisa bekerja secara hybrid (hibrida)?

Baca juga: Diskriminasi Usia

Apalagi, bila tempat kerja kantoran dan manufaktur ini berada dalam satu lokasi.
Kemungkinan timbulnya masalah, seperti rasa iri dari pekerja manufaktur terhadap mereka yang bekerja hibrida di kantoran bisa saja terjadi.

Banyak organisasi melaporkan, fenomena turnover semakin melonjak ketika kantor kembali beroperasi secara luring. Artinya, kita memang perlu menciptakan budaya hibrida yang produktif dan membuat kinerja semakin baik.

Kita harus tetap produktif, memiliki kemampuan untuk dapat mengakses informasi, rekan kerja, dan pelanggan dengan perangkat apa pun serta memiliki kesempatan untuk sukses yang sama di mana pun posisi kita.

Baca juga: Belajar dari Kegagalan

Hal itu sepertinya tampak sederhana, tetapi ternyata tidak mudah untuk dipraktikkan. Unsur keberhasilan yang harus diperhitungkan tidak hanya terletak pada tercapainya target bisnis, tetapi juga masalah organisasional dan atmosfer kerja lainnya yang berpengaruh terhadap engagement, pengembangan karyawan, serta inovasi organisasi.

Setiap pemimpin perlu memikirkan pembentukan budaya hibrida ini dari berbagai sisi.

Bagaimana karyawan yang ada di kantor ataupun di tempat lain tetap dapat bergerak bersama mencapai visi organisasi? Tidak hanya bekerja yang berarti mengikuti rapat, dipanggil atasan, membuat tugas, menyelesaikan proyek, tetapi juga termasuk memikirkan pengembangan diri, kerja sama kelompok, inovasi, dan masa depan perusahaan.

Bagaimana kita bisa mengganti silaturahmi yang tadinya dengan mudah dilakukan melalui sekadar menyapa dan mengobrol singkat dalam pertemuan-pertemuan di lift dan pantry kantor? Sementara itu, ngobrol santai secara online perlu diatur bergantian siapa yang berbicara agar tidak terjadi chaos.

Baca juga: Mengembangkan Organizational Intelligence

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman
Memindahkan cara kerja yang tadinya penuh waktu, kemudian zero presence, lalu sekarang pindah ke hibrida, tidak sesederhana membolak-balik lembaran buku dengan halaman baru.

Banyak hal yang harus dipertimbangkan menyangkut etos dan kondisi kerja karyawan.

Pandemi memicu kita semua untuk memikirkan kesehatan fisik dan mental.

Work-life balance perlu betul-betul dipikirkan dan melandasi suasana kerja kita.

Bagaimana kita dapat mengatur, baik karyawan yang lebih sering bekerja di kantor maupun mereka yang lebih banyak bekerja dari rumah karena alasan-alasan pribadi, seperti rumah jauh, tetap merasa mendapat perlakuan yang adil.

Kemampuan manajerial para pemimpin pun belum cukup bila tidak dilengkapi daya empati, komunikasi, dan akuntabilitas yang kuat.

Bagaimana kita dapat meningkatkan akuntabilitas, menjaga "rasa saling terhubung" satu sama lain tetap terbangun, sambil tetap meningkatkan produktivitas dalam situasi hibrida ini.

Baca juga: Evaluasi Diri

Pada dasarnya, ada beberapa hal yang perlu menjadi fokus untuk mengembangkan budaya hibrida yang efektif.

1. Sadari komunikasi tidak sinkron

Saat jarak bukan lagi menjadi masalah seperti saat ini, kemungkinan untuk memiliki anggota tim yang berlokasi di luar pulau, bahkan luar negeri semakin besar.

Untuk itu, kita perlu ingat bahwa seluruh anggota tim kita memiliki kesempatan yang sama untuk dapat terlibat dalam pembicaraan penting. Misalnya, mencari waktu yang dapat mengakomodasi zona waktu berbeda sesuai dengan lokasi masing-masing anggota tim, melakukan perekaman, sampai mengaktifkan komunikasi tertulis sehingga tidak ada seorang pun yang tertinggal informasi, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Sistem dokumentasi juga perlu dibenahi agar dapat diakses dan dipahami dengan mudah oleh seluruh anggota tim, termasuk yang tidak dapat hadir dalam rapat untuk tetap mengikuti perkembangan informasi.

2. Buat batas dan aturan berkomunikasi

Kita perlu meluangkan waktu untuk membuat aturan sejelas-jelasnya mengenai respons komunikasi yang diharapkan setiap pihak guna menghindari ketegangan yang tidak perlu.

Baca juga: Memupuk Tanggung Jawab dalam Diri

Aturan yang perlu disepakati dan diikuti oleh semua orang, bahkan atasan sekalipun, mengenai waktu respons, kehadiran pada rapat ataupun pertemuan lainnya, dan aturan-aturan lain untuk memastikan kelancaran komunikasi tanpa prasangka.

3. Komunikasi tiada henti

Dalam interaksi komunikasi tatap muka biasa, informasi dapat tersebar dengan sendirinya, baik di pantry, di ruang rapat, maupun saat istirahat.

Namun, dalam budaya hibrida seperti sekarang, kita tidak bisa mengandalkan pertemuan-pertemuan informal ini.

Baca juga: Lead Differently, Think Differently

Artinya, informasi perlu disebarkan sesering mungkin sesuai perubahan-perubahan yang ada dalam perusahaan untuk memastikan pesan diterima di tujuan.

4. Menggunakan peralatan terkini

Saat ini, sekelompok orang yang berada di tempat yang terpisahkan lautan sekalipun dapat bekerja dengan sebuah dokumen yang sama dan mengubahnya secara bersamaan pula.

Kemampuan menggunakan teknologi terbaru dalam berkomunikasi saat ini juga menjadi prasyarat kelancaran komunikasi dalam dunia kerja hibrida ini.

5. Selalu maju

Pada dasarnya, budaya hibrida didominasi oleh pergantian kebiasaan setiap hari. Setiap orang harus dalam keadaan siaga untuk berubah, dan selalu menanamkan "kemajuan" dalam benaknya.

Baca juga: Hubungan Mentor-Mentee

Setiap orang bisa berjauhan, tetapi setiap orang juga harus selalu terhubung satu sama lain dan bergerak menuju satu tujuan, yaitu kemajuan pada masa depan.


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com