Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Libya Dongkrak Harga Minyak Dunia

Kompas.com - 18/04/2022, 10:15 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia naik dipicu terganggunya pasokan minyak dari Libya, serta Rusia yang memperingatkan potensi rekor harga minyak dunia jika lebih banyak negara yang memboikot pasokan dari negaranya.

Mengutip Bloomberg Senin (18/4/2022), pada pukul 8.45 WIB harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Juni 2022 naik 1,18 persen menjadi di level 113,02 dollar AS per barrel.

Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak Mei 2022 naik 0,97 persen ke level 107,99 dollar AS per barrel.

Baca juga: Rusia Siap Jual Minyak Mentahnya dengan Harga Spesial kepada Negara Sahabat

Sebanyak dua pelabuhan di Libya terpaksa berhenti memuat minyak setelah adanya unjuk rasa terhadap Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah. Ladang minyak El Feel Libya yang memproduksi sekitar 65.000 barrel minyak per hari, pun terhenti.

Penutupan ladang minyak terbesar di Libya itu, menjadi salah satu hambatan terbaru yang menghantam industri minyak negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) itu, di tengah krisis politik yang memburuk.

Di sisi lain, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyatakan, jika lebih banyak negara melarang aliran pasokan energi dari Rusia, harga komoditas energi mungkin akan mencapai level tertinggi sepanjang sejarah.

Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah menetapkan larangan impor minyak mentah dari Rusia, setelah negara yang dipimpin Vladimir Putin itu melakukan invasi ke Ukraina. Ada potensi pula untuk Uni Eropa mengikuti langkah yang sama.

Tak hanya persoalan di Libya dan boikot minyak Rusia oleh negara-negara Barat, pergerakan harga minyak dunia juga dipengaruhi para pelaku pasar yang terus memantau dampak lockdown di sejumlah kota di China, guna menekan tingginya penyebaran Covid-19.

China merupakan negara importir minyak mentah terbesar di dunia. Salah satunya pembatasan diterapkan di Shanghai, kota pusat bisnis dengan sekitar 26 juta penduduk dan menyumbang sekitar 4 persen dari konsumsi minyak China.

Hingga saat ini memang sudah ada rencana untuk melonggarkan pembatasan di Shanghai, namun belum ada jadwal pasti kapan direalisasikan.

Baca juga: Proyek Migas Milik Petronas di Ketapang Jatim Hasilkan 12.500 Barrel Minyak Per Hari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com