Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Kebutuhan Nasional Cukup, Indef: Tidak Ada Impor Jagung untuk Pakan Unggas

Kompas.com - 01/05/2022, 14:00 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Sheila Respati

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Tauhid mengatakan bahwa kebutuhan jagung untuk pakan unggas selama tiga tahun terakhir dalam keadaan relatif cukup.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa pemerintah Indonesia saat ini masih melakukan impor. Namun, impor jagung tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri lainnya.

Tauhid menilai, impor jagung bukan ranah serta kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan), melainkan kementerian terkait dan lembaga lain.

"Jadi, tidak ada impor untuk pakan unggas. Kalau ada industri tertentu yang membutuhkan bahan baku jagung dari varietas yang tidak bisa ditanam di dalam negeri, itu perkara lain," ujar Tauhid dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (1/5/2022).

Ia memberi contoh komoditas bawang putih dan kedelai. Menurutnya, kondisi tanah di Indonesia memang tidak cocok untuk menanam bawang putih dan kedelai. Oleh karena itu, impor tetap dilakukan.

Baca juga: Pinsar: Jagung Lokal Penuhi Kebutuhan Utama Pakan Ayam Petelur Nasional

Tauhid menjelaskan, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 2018 disebutkan bahwa impor jagung untuk kebutuhan pakan harus dilakukan melalui rapat koordinasi terbatas dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian).

"Menurut saya, kebijakan impor harus berkoordinasi lebih dahulu dengan Kementan. Dengan begitu, akan lebih terukur," jelasnya.

Pada kesempatan sama, Ketua Presidium Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan budidaya jagung. Tujuannya, untuk memenuhi peningkatan produksi telur unggas nasional.

Yudianto mengatakan, tingkat partisipasi konsumsi masyarakat Indonesia terhadap komoditas telur cukup tinggi, yaitu mencapai 92,20 persen.

Baca juga: Jelang Lebaran, Kementan Pastikan Stok dan Harga Bahan Pangan Pokok di Bengkulu Aman

"Artinya, 92 persen penduduk Indonesia mengonsumsi telur. Jumlah konsumsi telur lebih tinggi dibandingkan dengan partisipasi konsumsi daging sapi yang hanya sekitar 7,43 persen," kata Yudianto.

Ia menambahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya ayam ras petelur adalah pakan dengan kontribusi sekitar 70,97 persen.

Untuk diketahui, produksi jagung nasional selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan.

"Dalam formula ransum ayam ras petelur, jagung berkontribusi sekitar 50-55 persen. Jadi, bisa dibayangkan betapa vitalnya peran komoditas jagung dalam budidaya ayam ras petelur," jelasnya.

Baca juga: Kementan, BPKP, Bareskrim dan Kejaksaan Sepakat Perkuat Pengawasan Pertanian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com