ISTANBUL, KOMPAS.com - Inflasi tahunan Turki melonjak menjadi 69,97 persen (year on year/yoy) pada bulan April 2022. Angka ini lebih tinggi dibanding perkiraan, bahkan lebih tinggi dalam dua dekade terakhir.
Dikutip dari CNN, Jumat (6/5/2022), tingkat inflasi didorong oleh konflik Rusia-Ukraina serta kenaikan harga energi dan komoditas setelah jatuhnya mata uang lira sejak tahun lalu.
Adapun penurunan mata uang dipicu oleh siklus pelonggaran suku bunga sebesar 500 basis poin (bps) yang dimulai pada September lalu di bawah tekanan Presiden Tayyip Erdogan. Pelonggaran suku bunga berujung pada lonjakan harga konsumen yang berkelanjutan.
Secara bulanan, indeks harga konsumen naik 7,25 persen (month to month/mtm). Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 6 persen. Setiap tahun, inflasi harga konsumen diperkirakan mencapai 68 persen.
Lonjakan harga konsumen didorong oleh lonjakan di sektor transportasi sebesar 105,9 persen, yang mencakup harga energi. Selain sektor transportasi, sektor makanan dan minuman non alkohol juga melonjak sebesar 89,1 persen.
Secara bulanan, harga makanan dan minuman non-alkohol naik paling tinggi sebesar 13,38 persen (mtm) dan harga rumah naik 7,43 persen (mtm).
Pemerintah setempat mengatakan, inflasi akan menurun di bawah program ekonomi baru, yang memprioritaskan suku bunga rendah untuk meningkatkan produksi dan ekspor dengan tujuan mencapai surplus transaksi berjalan.
Namun, para ekonom memprediksi inflasi tetap tinggi sepanjang tahun 2022 karena perang di Ukraina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.