Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPJS Kesehatan Diminta Tingkatkan Literasi Masyarakat tentang Asuransi Sosial

Kompas.com - 17/05/2022, 21:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - BPJS Kesehatan diminta terus meningkatkan literasi kepada masyarakat mengenai program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Literasi masyarakat yang masih rendah dicerminkan dengan kurangnya loyalitas masyarakat terhadap program ini.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, sampai sekarang masih sering terdengar masyarakat mempertanyakan apa sebenarnya manfaat dari program JKN-KIS.

"Ini opini masyarakat, kalau disuruh memilih lebih baik tidak menjadi anggota JKN atau BPJS Kesehatan.

Baca juga: BPJS Kesehatan Godok Perubahan Tarif Layanan Kesehatan

Opini seperti ini memang tidak salah, karena aspek literasi JKN kepada masyarakat memang masih perlu ditingkatkan. Ini harus jadi program BPJS Kesehatan dan Dewan Jaminan Sosial Nasioal (DJSN). Bagaimana meningkatkan literasi pemahaman masarakat terkait dengan JKN," kata dia dalam acara Launching dan Bedah Buku, Selasa (17/5/2022).

Ia menambahkan, literasi kepada masyarakat juga termasuk pengenalan aspek sosial dalam program JKN-KIS. Ia menjelaskan, masyarakat banyak yang belum tahu apa fungsi dan manfaat asuransi sosial. Menurut dia, banyak masyarakat merasa sudah membayar iuran setiap bulan tetapi tidak mendapat manfaat.

"Justru itu bagus, karena kalau tidak menggunakan manfaat berartikan itu dia dalam kondisi sehat. Saat tidak menggunakan manfaat berarti sehat. Masyarakat belum sadar itu," imbuh dia.

Selanjutnya, BPJS Kesehatan perlu untuk meningkatkan pelayanan dan digitalisasi. Menurut dia, hal ini perlu diimplementasikan ke seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) dan sifatnya wajib.

Baca juga: BPJS Kesehatan Ternyata Tak Jamin Pelayanan Kesehatan Korban Begal, Tawuran, hingga Kekerasan Seksual

Ia bilang, hal ini bukan saja karena digitalisasi sesuai dengan protokol kesehatan terkait Covid-19, tetapi juga sesuai dengan era digital. Harapannya, dengan begitu transparansi pelayanan dapat tercapai.

"Jadi tidak ada lagi syak wasangka kalau pasien ditolak rumah sakit. Selain itu, masyarakat juga masih sering mengeluhkan adanya antrean di rumah sakit. Hal ini membuktikan belum optimalnya pelayanan di FKTP dan FKTL," urai dia.

Perihal program kelas tunggal rawat inap atau kelas standar KRIS JKN, ia berkomentar program ini konon merupakan intervensi dari asuransi komersial.

"Dengan adanya KRIS JKN ini asuransi komersial mungkin mendapatkan angin yang lebih besar, yang mungkin pada saat BPJS Kesehatan dulu posisinya agak down," terang dia.

Ia bercerita, saat sedang mengunjungi salah satu RSUD diketahui pendapatan rumah sakit dari program non kelas ada di angka 48 persen. Sementara, ia katakan, sebanyak 62 persen sisanya masih disubsidi penuh oleh Pemerintah Kota, termasuk untuk gaji tenaga kesehatan.

Terakhir, ia berpesan untuk BPJS Kesehatan terus meningkatkan kualitas baik secara infrastruktur maupun pelayanan. Dengan begitu, indeks kepuasan masyarakat dan peserta terus mengingkat.

"Angkanya memang terus mengalami peningkatan. Yang penting adalah paradigma bahwa pelayanan JKN dan BPJS Kesehatan adalah pelayanan kelas dua harus ditepis. Sehingga jangan sampai muncul lagi keluhan masyarakat yang merasa dinomorduakan atau didiskriminasi. Keluhan tersebut harus ditepis bersama," tandas dia.

Baca juga: Daftar Penyakit yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan, Apa Saja?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com