Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Global Melonjak, Simak Prospek Saham Sektor Konsumer, Infrastruktur, dan Telekomunikasi

Kompas.com - 23/05/2022, 12:30 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah peningkatan inflasi global hingga pembatasan aktivitas di China akibat kenaikan kasus Covid-19, kelancaran distribusi rantai pasokan mengalami dampak yang cukup besar pada komoditas dunia.

Equity Analyst PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Stifanus Sulistyo mengatakan, kinerja sektor konsumer cenderung kurang bergairah dikarenakan tekanan biaya produksi dan daya beli. Dari sisi daya beli, inflasi akan menekan daya beli, namun akan sedikit diredam oleh peningkatan aktivitas ekonomi yang akan meningkatkan perputaran bisnis.

“Kami memperkirakan, perusahaan konsumer juga menghadapi peningkatan biaya produksi yang akan membutuhkan kenaikan harga jual, jika produsen ingin menjaga profitabilitas. Perusahaan memiliki merek 'kuat' dan basis konsumen yang loyal, akan lebih mudah meningkatkan harga tanpa mengurangi volume penjualan,” kata Stifanus dalam siaran pers, Senin (23/5/2022).

Baca juga: 7 Fakta soal Sistem Pembayaran Tol MLFF

Meskipun di sektor konsumer kurang bergairah, namun di sisi lain, kebutuhan masyarakat akan data internet membuat sektor telekomunikasi yang diasosiasikan sebagai "the new consumer staple" diprediksi akan tumbuh subur. Dia bilang, kompetisi perusahaan telekomunikasi cukup kondusif dan berangsur bergerak ke arah yang lebih baik.

“Dari sisi permintaan konsumen, sedikit banyak akan tetap dipengaruhi oleh daya beli dan tren gaya hidup ke depannya. Kita melihat sektor ini akan membukukan kinerja yang stabil dan cenderung bertumbuh. Namun dari sisi valuasi, model bisnisnya yang padat modal sedikit banyak akan terpengaruh oleh sentimen kenaikan suku bunga global,” kata Stifanus.

Sementara itu, untuk perusahaan infrastruktur telekomunikasi seperti menara, dalam jangka pendek akan mendapat tantangan dari berkurangnya operator telekomunikasi karena konsolidasi. Di sisi lain, hal ini juga akan memperkuat permintaan jangka panjang karena konsolidasi dapat meningkatkan kapasitas belanja modal.

Pembangunan infrastruktur yang sempat tertunda disebabkan pandemi juga dinilai akan menjadikan saham-saham konstruksi menjadi lebih menarik ke depannya. Apalagi, pemerintah terus mendorong sektor infrastruktur untuk kembali menggeliat.

Dia menjelaskan, lewat pembangunan infrastruktur, akan terjadi trickle down effect yang besar terhadap perekonomian keseluruhan, lewat penciptaan lapangan kerja, penanaman modal, serta kelancaran produksi maupun distribusi barang dan jasa, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

Baca juga: Ini Risiko Transaksi Kripto di Exchanger yang Tidak Berizin

“Untuk Indonesia, kita melihat tantangan sektor ini adalah sisi pendanaannya. Kita juga melihat pelaku usaha dan pemerintah sudah aktif untuk mencari cara menyelesaikan masalah pendanaan ini. Solusi pendanaan masih terus didiskusikan, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendirikan Indonesia Investment Authority (INA) yang diharapkan akan dapat menjadi sumber dana ke depannya,” tegas dia.

Di sisi lain, Stifanus menilai laporan keuangan kuartal pertama emiten, rata-rata cenderung kuat, dengan hasilnya sesuai ekspektasi atau cenderung lebih baik. Demikian juga pada kuartal kedua, pemulihan aktivitas ekonomi dan dampak musiman perayaan Lebaran masih akan membantu earnings perusahaan.

“Untuk paruh kedua 2022, kita masih perlu terus melihat seberapa besar dampak dari inflasi terhadap daya beli dan profitabilitas perusahaan, walaupun sampai saat ini kami memperkirakan inflasi secara relatif tetap lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain atau dibandingkan dengan Indonesia sendiri di masa lalu saat The Fed melakukan pengetatan moneter,” tambahnya.

Baca juga: Ternyata Indonesia Punya Saham di IMF, Berapa Persen?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com