Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bitcoin dan Ethereum Menguat, Cek Harga Kripto Hari Ini

Kompas.com - 25/05/2022, 07:00 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CoinDesk

NEW YORK, KOMPAS.com – Pasar aset kripto tampak cerah pada Rabu (25/5/2022) pagi. Melansir Coinmarketcap, 9 dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar bergerak di zona hijau dalam 24 jam terakhir.

Nilai mata uang kripto paling bersinar adalah Binance Exchange (BNB) yang melonjak 3,47 persen menjadi 328,86 dollar AS. Dilanjutkan oleh Polkadot (DOT) di level 10,24 dollar AS atau naik 3,13 persen, dan Cardano (ADA) menguat 2,2 persen ke posisi 0,52 dollar AS.

Penguatan dilanjutkan oleh Bitcoin (BTC) di level 29.735 dollar AS atau naik 2,3 persen. Kemudian, Solana (SOL) yang menguat 1,6 persen ke posisi 49,9 dollar AS, dan Ethereum (ETH) pada level 1.984 dollar AS atau menguat 0,85 persen.

Baca juga: Penurunan Pendapatan Snap Picu Aksi Jual, Wall Street Ditutup di Zona Merah

Acalanche (AVAX) juga menguat pagi ini di level 29,28 dollar AS atau naik 0,8 persen. Dilanjutkan oleh Dogecoin (DOGE) yang menguat 0,53 persen ke level 0,08 dollar AS.

Pagi ini Tether (USDT) melemah 0,001 ke level 0,9 dollar AS, sementara USD Coin (USDC) naik 0,01 persen di posisi 1 dollar AS. Sebagai informasi, USDT dan USDC merupakan mata uang kripto golongan stable coin atau jenis mata uang kripto yang dibuat untuk menawarkan harga yang stabil terhadap dollar AS.

Mengutip Coindesk, pergerakan harga kripto mulai membaik setelah pasar bergejolak, yang mendorong pembelian jangka pendek. Pergerakan investor juga cukup gesit pada hari Selasa. Pergerakan Bitcoin positif periode sentimen bearish yang ekstrem, menurut Arcane Research.

Baca juga: Kenapa Minyak Goreng Curah Rp 14.000 Per Liter Masih Sulit Ditemukan? Ini Jawaban Kemenperin

"Bitcoin juga telah melihat aksi jual yang berkelanjutan menyusul tekanan yang ekstrem. Jadi, investor jangan berharap membeli dalam kondisi tekanan di pasar dan berharap momentum yang buruk itu bisa menguntungkan,” tulis Arcane Research seperti dikutip Coindesk.

Saat ini, investor global sedang bergulat dengan kebijakan moneter yang lebih ketat di tengah inflasi yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Kondisi itu bisa mendorong imbal hasil yang semakin berkurang di pasar tradisional dan kripto.

"Jika inflasi tetap tinggi selama bertahun-tahun, akan sangat sulit untuk menghasilkan profit riil yang positif di sebagian besar kelas aset keuangan tradisional. Pengembalian nominal (tanpa mempertimbangkan inflasi) juga kemungkinan besar akan berkinerja buruk dalam tren jangka panjangnya. Tapi, komoditas bisa menjadi pengecualian," tulis Deutsche Bank.

Baca juga: Kemenperin Sebut Subsidi Minyak Goreng Curah Bakal Dicabut Mulai 31 Mei 2022

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual mata uang kripto. Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual mata uang kripto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com