Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Dipatok 2-4 Persen Tahun 2023, Sri Mulyani: Cukup Realistis...

Kompas.com - 31/05/2022, 10:47 WIB
Fika Nurul Ulya,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, proyeksi inflasi tahunan di kisaran 2-4 persen (year on year/yoy) pada tahun 2023 cukup realistis.

Tingkat inflasi itu sejalan dengan konsensus dan perkiraan pasar yang mencapai 3,6 persen (yoy). Tingkat inflasi tahun 2023 pun diproyeksi lebih rendah dari tahun 2022 dengan proyeksi lembaga internasional sebesar 4 persen (yoy).

"Kami memiliki pandangan bahwa asumsi inflasi tahun 2023 sebesar 2-4 persen masih cukup realistis meski kita pahami dinamika muncul secara tiba-tiba," kata Sri Mulyani menyampaikan Tanggapan Pemerintah KEM PPKF RAPBN Tahun 2023 dalam Sidang Paripurna DPR RI di Jakarta, Selasa (31/5/2022).

Baca juga: Jokowi Sebut Inflasi RI Bisa Lebih dari 3,5 Persen jika Tak Ada Subsidi Gas, BBM, dan Listrik

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, tingkat inflasi yang lebih rendah itu dipengaruhi oleh harga komoditas yang diperkirakan lebih melandai di tahun 2023.

Berdasarkan proyeksi lembaga internasional, boom komoditas tidak akan sebesar seperti tahun 2023.

"Harga internasional menunjukkan harga minyak mentah tahun 2023 akan sedikit tinggi meski melandai dibandingkan tahun 2022," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: Inflasi RI Masih Terjaga, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,5 Persen

Adapun pada tahun 2022, inflasi Indonesia pada bulan April sudah berada di kisaran 3,5 persen (yoy). Nilainya relatif lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, namun masih lebih baik dibanding negara maju.

Di AS, inflasi sudah meningkat mencapai 8,5 persen. Adapun di Argentina dan Turki yang notabene mengalami krisis ekonomi, tingkat inflasi masing-masing mencapai 58 persen dan 70 persen pada April 2022.

Tingginya inflasi di Indonesia, kata Sri Mulyani, dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas global dan faktor musiman, yakni puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang meningkatkan permintaan.

"Serta dipengaruhi oleh pulihnya permintaan domestik secara umum. Inflasi domestik tentu berpotensi bisa lebih tinggi apabila kenaikan harga komoditas global sepenuhnya di passtrough ke harga domestik tentu dengan konsekuensi biaya subsidi yang melonjak tinggi," ungkap Sri Mulyani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com