Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Dunia Melemah di Tengah Penguatan Dollar AS

Kompas.com - 04/06/2022, 12:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga emas dunia meredup pada akhir perdagangan Jumat waktu Amerika Serikat (Sabtu pagi), setelah beberapa hari terakhir menguat. Pemelahan ini dampak dari penguatan dollar AS dan rilisnya data ketenagakerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan.

Mengutip CNBC, Sabtu (4/6/2022), harga emas di pasar spot menyusut 1 persen ke level 1.848,67 dollar AS per troy ounce. Sementara harga emas berjangka Comex New York Exchange turun 1,1 persen ke level 1.850,2 dollar AS per troy ounce.

Baca juga: Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian, dari 0,5 Gram hingga 1 Kg

Indeks dollar AS terpantau naik tipis 0,3 persen, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS atau US Treasury 10-tahun naik mendekati level tertinggi dalam dua minggu terakhir.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa data penggajian non-pertanian (nonfarm payrolls) AS meningkat 390.000 pada Mei, lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 328.000. Sementara tingkat pengangguran tidak berubah pada 3,6 persen.

"Jika Federal Reserve (Bank Sentral AS) melihat ekonomi terus stabil di tengah upaya menaikkan suku bunganya, mereka mungkin merasa lebih berani untuk menaikkan suku bunga lebih cepat," kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures.

Baca juga: Ribut-Ribut Soal BUMN Ogah Jadi Sponsor Formula E

Emas memang dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan gejolak ekonomi, namun emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, sebab meningkatkan kerugian memegang emas batangan yang memang tidak memberikan imbal hasil.

Kenaikan suku bunga yang juga berimbas pada penguatan nilai mata uang dollar AS dapat mengurangi minat investor pada emas. Lantaran, penguatan dollar AS akan membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Pada Jumat kemarin, Presiden Federal Reserve Bank Cleveland Loretta Mester mengatakan, dirinya sedang mencari bukti 'menarik' bahwa inflasi telah mencapai puncaknya, dan jika belum, maka pada pertemuan the Fed September 2022 berpotensi menaikkan suku bunga 50 basis poin.

Baca juga: Promo Akhir Pekan Indomaret, Ada Diskon Produk Makanan dan Minuman

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com