JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah bersama pengelola Candi Borobudur tengah berencana membuat tarif baru untuk naik ke atas stupa candi.
Harga yang dipertimbangkan adalah Rp 750.000. Sementara Harga Tiket Masuk (HTM) tetap sama, yakni Rp 50.000/orang dewasa dan Rp 25.000 untuk anak-anak.
Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney selaku holding pariwisata BUMN, Dony Oskaria mengatakan, opsi kenaikan tiket Candi Borobudur juga dibarengi dengan pembatasan pengunjung 1.200 per hari yang naik ke stupa.
Baca juga: Pendapatan dan Pengunjung Bakal Turun, DPR Minta Luhut Evaluasi Harga Tiket Candi Borobudur
Khusus pelajar, tiketnya Rp 5.000/orang dengan kuota 20 persen dari total 1.200 orang.
Dia menuturkan, opsi-opsi ini perlu dipertimbangkan untuk menjaga kelestarian candi. Ia tak memungkiri, kondisi candi Buddha terbesar di dunia itu sudah menurun setiap tahun.
"Jadi sudah dua tahun (pengunjung) enggak bisa naik (ke area stupa), hanya sampai pelataran. Karena memang dikhawatirkan banyak orang naik, candinya menurun," ujar Dony saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/6/2022).
Dony menyebut, tiket Candi Borobudur Rp 750.000 untuk naik ke stupa itu sudah sepaket dengan pemandu wisata dari warga lokal di sekitar candi. Lalu, pemerintah menyiapkan shuttle bus listrik di kawasan tersebut.
"Orang naik itu ada guide-nya, ada dapet penjelasan, unsur pendidikannya. Jadi memang dibikin paket yang lebih baik untuk (naik) ke atas," jelas dia.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga menuturkan kebijakan soal Borobudur telah mempertimbangkan berbagai aspek sehingga tidak diputuskan begitu saja. Salah satunya terkait konservasi Candi Borobudur yang belakangan mengalami penurunan.
Ganjar mengatakan kebijakan tersebut belum diterapkan. Persiapan teknis dan regulasi masih dibahas oleh pihak PT TWC dan Balai Konservasi Borobudur (BKB).
Di sisi lain, kebijakan baru juga dibahas yakni menurunkan harga tiket masuk kawasan Candi Borobudur untuk pelajar menjadi Rp 5.000 dari sebelumnya Rp 25.000.
“Untuk naik ke candi kemarin disampaikan agar ada pengelolaan dengan pengendalian melalui tarif, kira-kira begitu,” ujarnya melalui Instagram.
Di sisi lain, ada pihak yang kontra dengan penetapan tarif yang tidak wajar tersebut. Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada, Sri Margana tidak sepakat dengan rencana kenaikan harga tiket bagi wisatawan domestik hingga mencapai Rp 750.000.
Namun ia sepakat membatasi kunjungan untuk preservasi heritage yang sudah ribuan tahun umurnya adalah baik. Pembatasan pengunjung diperlukan karena menurutnya, setiap tahun jumlah wisatawan di Borobudur semakin berjubel di area terbatas.
"Membatasi kunjungan dengan cara menaikkan tiket secara ugal-ugalan itu juga akal-akalan saja, mau melindungi obyeknya tetapi tidak mau berkurang penghasilannya," jelas pria itu.
Dia menawarkan dua solusi untuk membatasi kunjungan alih-alih menaikkan harga tiket hingga ratusan ribu rupiah.
Pertama, dengan membatasi kuota kunjungan, khususnya bagi para pengunjung rombongan dengan melakukan reservasi lebih dulu. Lalu yang kedua, mengatur aliran pengunjung sedemikian rupa sehingga tidak merusak heritage.
"Misalnya membedakan tiket bagi mereka yang ingin naik ke candi atau hanya berkeliling di sekitar candi," paparnya.
Baca juga: YLKI: Kenaikan Tiket Candi Borobudur Bukan untuk Konservasi tapi Komersialisasi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.