Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Bakar Uang, Startup Dinilai Harus Pikirkan Cari Untung

Kompas.com - 07/06/2022, 17:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dialami startup belakangan jadi sinyal terbentuknya keseimbangan baru.

Direktur Utama PT Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, pihaknya juga tidak ingin ada gelombang PHK yang terjadi di perusahaan rintisan

Namun demikian, ia menyebut perusahaan startup harus bertahan di tengah investor yang mulai lebih selektif menggelontorkan pendanaan.

Baca juga: Mengapa Startup Indonesia Diterpa Gelombang PHK?

"Sekarang uangnya berkurang, investor sudah tidak jor-joran seperti dulu. Jadi, startup harus berhemat. Mungkin tadinya ada uang cukup untuk 6 bulan, sekarang harus bisa untuk 12 bulan bagaimana caranya," kata dia kepada Kompas.com di sela-sel acara 4th Digital Summit Sea 2022, Selasa (7/6/2022).

Ia menambahkan, dalam menghadapi situasi semacam ini, startup memang perlu melakukan efisiensi. Namun demikian, ia menegaskan, PHK bukan satu-satunya cara melakukan efisiensi.

Eddi menjabarkan, startup dapat memangkas anggaran pemasaran. Selain itu startup juga bisa mengurangi anggaran promo dan diskon.

Lebih lanjut, Eddi mengatakan, startup dapat menempuh langkah efisiensi lainnya misalnya dengan mengurangi atau menunda peluncuran produk baru.

Tak hanya itu, dalam upaya efisiensi, perusahaan juga perlu untuk menahan rencana-rencana ekspansi bisnisnya.

"Langkah efisiensi ada berbagai macam, tidak hanya dengan PHK saja," tegas dia.

Namun demikian, ia menekankan pentingnya startup untuk melakukan efisiensi. Pasalnya, startup perlu mengambil langkah strategis untuk dapat bertahan.

"Lebih baik ada efisiensi. Saya tidak pro PHK, tetapi lebih baik ada efisiensi daripada perusahaan tutup," imbuh dia.

Baca juga: Di Balik Gelombang PHK Startup, Para Investor Makin Selektif

Lebih jauh, Eddi menjelaskan, ekosistem startup di Indonesia telah berumur 10-12 tahun. Pun, menurut dia selama periode tersebut nilai valuasinya selalu naik dan belum pernah turun.

Dengan demikian, fenomena yang terjadi beberapa waktu ini menjadi lumrah mengingat adanya siklus naik dan turun pada segala lini bisnis.

"Di semua investment, baik itu saham, emas, komoditas, dan properti semua ada siklus naik turun dari sisi harga. Startup ini naik terus. Bahkan, 10 sampai 12 tahun terakhir naik tanpa koreksi," ucap dia.

"(Fenomena) ini tidak apa-apa, nanti akan balik lagi. Nanti akan memunculkan keseimbangan baru," imbuh dia.

Ia menekankan dalam perkembangan startup, kualitas lebih penting ketimbang kuantitas.

Secara kualitas, Eddi membeberkan, start up harus berhati-hari mengurus keuangannya. Selain itu, perusahaan rintisan juga harus untung.

"Startup suka bakar uang, tapi tidak tahu profitnya apa. Sekarang mereka tidak bisa selalu bakar uang tanpa ada arah menuju profitable," tutup dia.

Baca juga: Ketergantungan Pendanaan Jadi Alasan Startup Rentan PHK Karyawan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com