Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanda–tanda Perlambatan Ekonomi Muncul, Wall Street Ditutup Melemah

Kompas.com - 09/06/2022, 06:50 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


NEW YORK, KOMPAS.com – Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street ditutup melemah pada akhir perdagangan Rabu (8/6/2022) waktu setempat. Penurunan harga saham terjadi setelah investor menyadari tanda–tanda potensi perlambatan ekonomi.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 269,24 poin, atau 0,81 persen, dan ditutup pada 32.910,90. S&P 500 juga melemah 1,08 persen dan berakhir di level 4.115,77. Demikian juga dengan Nasdaq Composite yang terkoreksi 0,73 persen menjadi 12.086,27.

Saham Credit Suisse yang diperdagangkan turun 1 persen setelah bank mengeluarkan ekspektasi pertumbuhan laba di kuartal kedua tahun ini. Saham Intel juga turun lebih dari 5 persen setelah manajemen memperingatkan melemahnya permintaan semikonduktor pada konferensi industri.

Baca juga: Datangi Mentan, BUMN China Minta Indonesia Ekspor Beras

Kepala Ekonom Deutsche Bank AS Matthew Luzzetti, yang sebelumnya menyerukan resesi pada akhir 2023, mengatakan kemungkinan resesi akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.

“Kesimpulan utama kami adalah, kemungkinan resesi ke depan cenderung terlihat jauh lebih buruk pada akhir tahun ini karena kondisi keuangan yang semakin ketat,” kata Luzzetti mengutip CNBC.

Sementara itu, Kepala penasihat ekonomi Allianz Mohamed El-Erian mengatakan, ketika The Fed terus memperketat kondisi moneter, kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perusahaan juga berdampak lebih besar pada saham.

“Pasar telah menerima kabar ini jauh – jauh hari, dan ini lebih baik, tetapi berinvestasi sekarang mungkin ada baiknya dan menunggu nilai lebih di kemudian hari, ”kata El-Erian.

Imbal hasil Treasury AS 10 tahun melonjak kembali di atas 3 persen. Hal ini seiring dengan kenaikan harga minyak, dengan patokan minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di atas 120 dollar AS per barel.

Baca juga: Strategi Tricky Penyelamatan Garuda Indonesia

Sektor energi menguat, dan mencapai level tertinggi sejak Agustus 2014. Saham teknologi China memberikan beberapa dukungan ke Nasdaq, dengan kenaikan saham JD.com dan Pinduoduo sekitar 7,7 persen dan 9,7 persen.

Saham Robinhood turun 3,9 persen, setelah Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa Gary Gensler merinci potensi perubahan aturan seputar eksekusi perdagangan. Seperti, adanya kemungkinan yang mengharuskan pesanan ritel dialihkan ke lelang. Sementara itu, saham Moderna naik hampir 2,2 persen setelah vaksin booster Covid-19 mengalami modifikasi, dimana vaksin menunjukkan respons yang lebih kuat terhadap varian baru.

Di sisi pendapatan, Campbell Soup bergerak lebih tinggi sekitar 1,5 persen setelah laporan kuartalan yang lebih kuat dari perkiraan.

Ahli strategi Wells Fargo Scott Wren mengatakan, investor melihat ke arah indeks harga konsumen yang akan dirilis hari Jumat nanti untuk bulan Mei. Banyak yang percaya, angka tersebut akan sangat penting untuk jalur kebijakan Fed.

“Kami percaya pasar ekuitas kemungkinan akan reli jika diiringi dengan data konsumen yang positif. Ini juga dapat membantu meredakan beberapa ketakutan akan proyeksi pertumbuhan ekonomi,” kata Wren.

Baca juga: Bank Dunia Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Ini Kata BKF

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com