Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Kejutan, Bank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga Acuan untuk Kali Pertama sejak 2015

Kompas.com - 16/06/2022, 17:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANK Sentral Swiss (SNB), Kamis (16/6/2022) menaikkan suku bunga acuannya untuk kali pertama sejak 2015. SNB menyusul jejak sejumlah bank sentral negara lain, termasuk Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan terkait pengetatan moneter untuk menekan inflasi.

Dalam pengumuman yang mengejutkan pasar, SNB menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,5 persen atau 50 basis poin (bps), meski besaran suku bunga acuan tetap berada di wilayah negatif, yaitu minus 0,25 persen.

Seperti dikutip AFP, Bank Sentral Swiss mengumumkan pula bahwa tidak dapat dikesampingkan kemungkinan kenaikan lebih lanjut suku bunga acuannya pada masa mendatang.

Baca juga: The Fed Agresif Naikkan Suku Bunga Acuan, Respons Pasar, dan Dampaknya bagi Indonesia

SNB, seperti bank sentral lain yang telah menaikkan suku bunga acuannya dalam dua hari ini, mewaspadai gelagat lonjakan harga. Dalam pernyataannya, SNB mengatakan kenaikan suku bunga acuan ini diperlukan untuk mengendalikan inflasi dalam kisaran yang konsisten dengan stabilitas harga dalam jangka menengah.

Suku bunga acuan baru SNB berlaku mulai Jumat (17/6/2022). 

"Untuk memastikan kondisi moneter yang tepat, SNB juga bersedia untuk aktif di pasar valuta asing jika diperlukan," ujar pernyataan SNB, Kamis.

Pengumuman langkah moneter SNB diambil tepat sehari setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan secara agresif, dengan kenaikan terbesar dalam 28 tahun terakhir sebesar 75 bps. 

Adapun Bank Sentral Eropa (ECB) telah pula mengumumkan akan segera memulai serangkaian kenaikan suku bunga acuan mulai Juli 2022, dengan Bank Sentral Inggris (BOE) pada Kamis juga telah menetapkan kenaikan suku bunga acuan untuk kali kelima berturut-turut.

Para analis mengaku langkah moneter SNB ini sebagai kejutan. 

"Ini merupakan ayunan kebijakan yang sangat hawkish untuk SNB, yang meningkatkan kredensial memerangi inflasi dalam satu gerakan," kata Managing Partner di SPI Asset Management, Stephen Innes, dalam catatan yang dikutip AFP.

Baca juga: Krisis Pangan Global, Ancaman Lebih Besar dari Invasi Rusia ke Ukraina

Dengan langkah SNB menaikkan suku bunga acuan, Innes memperkirakan bank sentral lain di dunia mau tak mau juga perlu turut membuat langkah agresif, kecuali bagi negara-negara yang ekonominya tengah menghadapi persoalan.

Inflasi Swiss sejatinya tetap lebih rendah dibandingkan negara-negara di zona Eropa dan Amerika Serikat. Ini karena kekuatan mata uang franc Swiss dan kebijakan mereka menghindari lonjakan harga dengan sebisa mungkin menekan impor.

Namun, sejak Februari 2022, inflasi Swiss telah melampaui proyeksi SNB di kisaran 0-2 persen. Pada Mei 2022, inflasi Swiss tercatat mencapai 2,9 persen dan diperkirakan tertahan di level tinggi pada hari-hari ini.

Dengan kebijakan moneter terbarunya, SNB memperkirakan inflasi Swiss akan berada di level 2,8 persen pada 2022, 1,9 persen pada 2023, dan 1,6 persen pada 2024. SNB berkeyakinan tanpa kebijakan menaikkan suku bunga maka inflasi diperkirakan akan lebih tinggi dari proyeksi tersebut.

Inflasi di seluruh dunia telah melonjak antara lain sebagai imbas invasi Rusia ke Ukraina yang memicu lonjakan harga energi dan bahan pangan. Situasi ini menambah persoalan global yang sempat dihantam kemacetan pasokan selama pemberlakuan pembatasan pergerakan terkait pandemi Covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com