Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CIPS: Peningkatan Produktivitas Pangan Jangan Andalkan Pembukaan Lahan

Kompas.com - 21/06/2022, 18:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi menyatakan, untuk meningkatkan produktivitas pangan nasional, ekstensifikasi melalui pembukaan lahan bukanlah solusi terbaik.

Sebab menurut dia, terbatasnya jumlah lahan yang tersisa tentu berpotensi membuat lingkungan menjadi rusak.

“Ada beberapa hal yang menyebabkan sulitnya pembukaan lahan pertanian terwujud, seperti gencarnya industrialisasi dan pembangunan infrastruktur. Industrialisasi dan pembangunan infrastruktur tidak jarang harus mengorbankan lahan pertanian,” ujar Azizah Fauzi dalam siaran resminya, Selasa (21/6/2022).

Baca juga: Terlalu Banyak Pupuk Kimia, 72 Persen Lahan Pertanian RI Kini Kritis

Menurutnya memaksakan untuk membuka lahan tidur juga berisiko merusak lingkungan. Apalagi kalau dilakukan dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab.

Selain belum tentu bisa menjamin stok pangan yang cukup, karakteristik lahan yang dibuka untuk pertanian juga belum tentu cocok.

“Proyek mencetak lahan sawah baru tidak tepat untuk meningkatkan ketahanan pangan. Jika dilakukan secara tergesa-gesa, proyek pencetakan lahan sawah baru yang memakan modal besar ini malah menimbulkan risiko gagal panen yang merugikan petani dan risiko kerusakan lingkungan yang lebih besar,” bebernya.

Baca juga: Bangun 61 Bendungan, Kementerian PUPR Dukung Peningkatan Produksi dan Surplus Pangan Nasional

Azizah mengatakan pemerintah sebaiknya tidak mengulang kesalahan dengan menciptakan program pencetakan sawah secara masif seperti pada Proyek Pengembangan Lahan Gambut Satu Juta Hektar di Kalimantan Tengah yang pernah dilakukan di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.

Proyek tersebut menunjukkan bahwa lahan gambut tidak cocok untuk padi serta pengolahan lahan gambut juga memperparah perubahan iklim akibat pelepasan karbon yang dikandungnya ke udara.

Baca juga: Jubir Menhan: Lumbung Pangan Nasional Bukan Program Cetak Sawah

Dia menyarankan agar pemerintah sebaiknya lebih fokus meningkatkan kapasitas petani dengan melalui pelatihan, penyuluhan dan bimbingan soal penggunaan alat-alat pertanian yang lebih efisien dan pembaharuan metode tanam.

Investasi untuk peralatan pasca panen seperti mesin pengering juga penting demi meningkatkan kualitas beras yang kini menjadi makanan pokok bagi mayoritas masyarakat Indonesia.

Di sisi lain pemerintah juga perlu memikirkan bagaimana memberikan petani akses permodalan yang skema pembayarannya ramah terhadap kegiatan bercocok tanam mereka.

"Memastikan akses petani terhadap input pertanian berkualitas juga sangat penting, misalnya melalui skema Kartu Tani dan memastikan distribusi pupuk subsidi yang tepat sasaran dan harga pupuk subsidi bisa tetap terjangkau," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com