Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Penarikan Utang Turun Drastis, Defisit APBN Akan Lebih Rendah

Kompas.com - 23/06/2022, 20:03 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penarikan utang pada Mei 2022 turun drastis sebesar 72,5 persen. Penarikan utang yang menurun ini membuat defisit APBN akan lebih rendah.

Rendahnya penarikan utang dan defisit juga terjadi lantaran penerimaan negara tahun ini meningkat akibat kenaikan harga komoditas.

Pemerintah meyakini, akan ada tambahan penerimaan negara Rp 420 triliun di samping belanja negara yang masih terkontraksi 0,8 persen pada Mei 2022.

"Defisit tahun ini diperkirakan akan lebih rendah, dan ini terlihat dari jumlah pembiayaan atau penerbitan (penarikan) utang kita yang turun sangat drastis, 72,5 persen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/6/2022).

Baca juga: Luhut: Jangan Kita Impor Barang atau Makanan yang Bisa Diproduksi Dalam Negeri...

Bendahara negara ini menuturkan, penarikan utang pada Mei 2022 hanya sebesar Rp 91 triliun atau 9,3 persen dari target APBN yang sebesar Rp 973,6 triliun. Pertumbuhan ini terkontraksi 72,5 persen (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.

Secara rinci, penerbitan SBN neto hanya Rp 75,3 triliun atau minus 78,4 persen (yoy) dari Rp 348 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Besarannya baru 7,6 persen dari target Rp 991,3 triliun. Sementara itu, pinjaman neto terealisasi Rp 15,7 triliun atau minus 88,8 persen dari target APBN dan turun 193,5 persen (yoy).

"Ini yang menggambarkan sektor pembiayaan utang sedang kita konsolidasikan, disehatkan dengan defisit yang menurun. Ini kombinasi dari penerimaan yang makin tinggi, belanja relatif kita jaga, dan dengan demikian defisit kita turunkan," ucap Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, pemerintah sudah menerbitkan sukuk global sebesar 3,25 miliar dollar AS dan Samurai Bond sebesar 81 miliar yen.

Sementara SBN ritel yakni SBR011, penerbitannya mencapai Rp 13,91 triliun hingga Mei 2022, merupakan nominal terbesar dengan jumlah investor terbanyak sepanjang penerbitan SBN ritel non tradable.

Baca juga: APBN Surplus Lagi Rp 132,2 Triliun Pada Mei, Sri Mulyani: Pembalikan yang Luar Biasa...

Sri Mulyani bilang penerbitan SBN ritel yang investornya lebih didominasi investor domestik menjadi strategi untuk menghindari gejolak geopolitik di global.

"Kita meningkatkan SBN ritel karena jauh lebih stabil dan untuk (investor) domestik. Kita bergeser global bond kita secara oportunistik, kalau kondisi baik kita baru melakukan (penerbitan lagi)," ungkap Sri Mulyani.

Adapun realisasi pembiayaan oleh Bank Indonesia yang masuk dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) I sebesar Rp 32,241 triliun pada tahun 2022. Rinciannya, SUN Rp 17,16 triliun dan SBSN Rp 15,081 triliun.

Untuk menjaga kondisi fiskal dan stabilitas SBN, wanita yang karib disapa Ani ini akan menggunakan mekanisme private placement dan bersinergi dengan Bank Indonesia.

"Dengan tren suku bunga naik, inflasi naik, dan SBN yield kita naik, kalau kita bisa menurunkan issuance (penerbitan) utang, maka kita akan makin terlindungi dengan baik," sebut Ani.

Baca juga: BRI Terbitkan Green Bond Senilai Rp 5 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com