Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Putin, Jadikan Pupuk "Senjata" Rusia

Kompas.com - 01/07/2022, 09:48 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakungan kunjungan ke Kremlin, Moskow, Rusia untuk bertemu dengan Vladimir Putin. Sebelumnya, Jokowi juga melawat ke Kiev untuk bertemu dengan Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina.

Dalam pertemuan Jokowi dengan Putin itu pula, terungkap pula kalau selama ini Rusia mengatur pasokan pangan dan pupuk untuk menekan negara-negara yang dianggap Rusia tidak bersahabat.

Kepada Jokowi, Putin menjanjikan jaminan keamanan atas pasokan pangan dan pupuk ke pasar dunia, baik dari Rusia maupun Ukraina.

"Saya tadi banyak berdiskusi dan menekankan bahwa pangan dan pupuk adalah masalah kemanusiaan merupakan kepentingan masyarakat dunia," kata Presiden Jokowi dalam keterangan pers bersama Putin, dikutip dari kantor berita resmi Rusia, RIA Novosti, Jumat (1/7/2022).

Baca juga: Sisi Kelam Ukraina: Bisnis Surogasi Rahim atau Pabrik Bayi

Jokowi menyebutkan ratusan juta orang terdampak dengan terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk. Tanpa pasokan pupuk yang cukup, stok pangan dunia dalam kondisi kritis.

Pupuk jadi "senjata" Rusia

Selain dikenal sebagai penghasil gas dan minyak besar dunia, Rusia juga merupakan negara eksportir pupuk terbesar secara global. Konflik militer di Ukraina membuat aliran ekspor pupuk dari Rusia terganggu.

Hal ini makin diperparah, saat Amerika Serikat beserta sekutunya membebankan sanksi ekonomi bertubi-tubi terhadap Rusia. Kondisi ini ikut mendorong Rusia untuk memainkan logistik pupuk global dengan mengurangi ekspor pupuk sebagai bentuk pembalasan.

Rusia adalah pemasok seperlima pupuk di seluruh dunia. Terutama urea, kaolin, dan fosfor.  Di sisi lain, Eropa adalah penghasil dari banyak panganan, terutama gandum hingga biji bunga matahari, di mana pupuk adalah kebutuhan pokok bagi para petani. 

Baca juga: Cerdiknya Putin Saat Wajibkan Bayar Gas Rusia Pakai Rubel

Dikutip dari Al Arabiya, saat bertemu dengan Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, Putin sempat menjanjikan kalau ekspor pupuk bisa kembali dibuka lebar apabila negara-negara Barat menghentikan sanksi ekonomi ke negaranya.

"Mengingat masalah pangan yang muncul di pasar global akibat saksi ekonomi dari negara-negara Barat, bahwa Rusia menjamin akan kembali mengekspor pupuk dan produk pertanian lainnya apabila sanksi-sanksi tersebut sudah dicabut," tulis kantor berita Rusia, TASS.

Rusia juga menjanjikan akan membuka perairan Ukraina di Laut Hitam agar negara yang dipimpin Zalensky itu bisa mengekspor gandum ke negara lain.

Rusia cukup kepayahan dengan sanksi dari AS dan sekutu Eropanya setelah Putin memerintahkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari.

Baca juga: Putin Remehkan Bombardir Sanksi Barat, Anggap Rusia Bakal Makin Kebal

Sanksi tersebut telah mengganggu pasokan pupuk, biji-bijian dan komoditas lainnya dari Rusia dan Ukraina, yang bersama-sama menghasilkan 30 persen dari pasokan gandum global.

Sementara itu dilansir dari Bloomberg, pemerintah AS diam-diam membujuk perusahaan-perusahaan pertanian bisa mengimpor lebih banyak pupuk dari Rusia karena kekhawatiran Rusia akan menghentikan ekspornya secara penuh.

Pejabat AS dan Eropa menuduh Kremlin menggunakan pasokan makanan dan pupuk sebagai senjata, mencegah Ukraina mengekspor gandumnya, meski Rusia beberapa kali menyangkalnya.

AS dan Uni Eropa sendiri, meskipun menghujani Rusia dengan melarang ekspor produk dari Rusia, pupuk selama ini jadi pengeculian. Meski begitu, ekspor pupuk dari Rusia memang mengalami penurunan sebesar 24 persen tahun ini.

Baca juga: Penasaran seperti Apa Kondisi Ekonomi Palestina?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com