Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Sri Lanka: Negara Sudah Bangkrut, Inilah Kenyataannya

Kompas.com - 06/07/2022, 10:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan kepada parlemen, Selasa (6/7/2022) Sri Lanka sudah jadi negara yang bangkrut dan mengalami penderitaan akut imbas dari krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kondisi ini akan bertahan hingga setidaknya akhir tahun depan.

Dikutip dari Channel News Asia, negara kepulauan yang berpenduduk 22 juta orang itu telah mengalami inflasi selama berbulan-bulan.

Pemadaman listrik juga berkepanjangan setelah pemerintah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang vital. 

Baca juga: Diterpa Krisis, Stok BBM di Sri Lanka Kurang dari Sehari

Wickremesinghe mengatakan, negara yang pernah makmur itu akan mengalami resesi yang dalam tahun ini dan kekurangan pangan, bahan bakar, dan obat-obatan akan terus berlanjut.

"Kami juga harus menghadapi kesulitan pada 2023. Inilah kebenarannya. Inilah kenyataannya," ucap dia seperti dikutip Kompas.com dari CNA, Rabu (6/7/2022).

Pada bulan Juni, inflasi Sri Lanka mencapai 54,6 karena negara Samudra Hindia itu memerangi krisis ekonomi terburuknya dalam beberapa dasawarsa.

Bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pengumuman kebijakan berikutnya pada Kamis untuk mengendalikan harga.

Wickremesinghe mengatakan, pembicaraan bailout Sri Lanka yang sedang berlangsung dengan Dana Moneter Internasional (IMF) bergantung pada penyelesaian rencana restrukturisasi utang dengan kreditur pada Agustus.

"Kami sekarang berpartisipasi dalam negosiasi sebagai negara yang bangkrut," kata dia

"Oleh karena itu, kita harus menghadapi situasi yang lebih sulit dan rumit dari negosiasi sebelumnya," imbuhnya.

Meskipun ada penangguhan pembayaran utang luar negeri sekitar 12 miliar dollar AS pada April, Wickremesinghe mengatakan ,Sri Lanka masih memiliki pembayaran hampir 21 miliar dollar AS hingga akhir 2025.

Baca juga: Minta Minyak Murah, Sri Lanka Kirim 2 Menteri ke Rusia dan Qatar

Wickremesinghe bilang, setelah mencapai kesepakatan tingkat staf dengan IMF, Sri Lanka berniat mengadakan konferensi donor dengan negara-negara sahabat seperti China, India dan Jepang.

Hal ini bertujuan untuk mengamankan lebih banyak pinjaman melalui 'kesepakatan bersama'.

Pekan lalu, IMF mengatakan pembicaraan dengan Sri Lanka lumayan "konstruktif", meningkatkan harapan akan segera memberikan persetujuan awal untuk paket dukungan keuangan yang sangat dibutuhkan.

Analis memperingatkan, kenaikan suku bunga akan berdampak kecil dalam mengurangi harga yang melonjak, karena sebagian besar didorong oleh biaya bahan bakar yang lebih tinggi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com