Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LPS: Peran Investor Ritel Penting untuk Meredam Tekanan Ekonomi Global

Kompas.com - 07/07/2022, 11:32 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Surveilans, Pemeriksaan, dan Statistik Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Priyanto Budi Nugroho menilai, peranan investor ritel menjadi penting untuk merespons kondisi perekonomian saat ini.

Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif cenderung melemah selama beberapa waktu terakhir. Selain itu, kondisi kurs rupiah yang sudah sangat tertekan di kisaran Rp 15.000 per dollar AS, dan imbal hasil obligasi 10 tahun di atas 7,6 persen.

"Peran investor ritel maupun milenial akan menjadi penting di saat seperti sekarang ini," ujar dia dalam diskusi virtual, Rabu (6/7/2022).

Baca juga: Bank Sentral Malaysia Kerek Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin

Lebih lanjut ia menilai, saat ini berat buat Indonesia tetap dapat menjaga pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen bahkan lebih tinggi, dengan hanya mengandalkan pembiayaan dari sektor perbankan.

Oleh karenanya diperlukan pembiayaan yang berasal dari pasar modal untuk mendukung pergerakan roda perekonomian nasional.

"Mengingat, kondisi sosial politik di tingkat global hingga kini masih berdampak bersar terhadap laju pertumbuhan ekonomi domestik. Karena itu, peran investor ritel maupun milenial menjadi sangat penting dalam meredam tekanan global tersebut," tutur dia.

Berdasarkan data LPS per Mei 2022, lanjut dia, investor pasar modal Indonesia secara demografi didominasi kelompok umur di bawah 30 tahun, atau generasi milenial dan generasi setelahnya, yang porsinya mencapa hampir 60 persen.

"Investor kelompok ini terbilang cukup besar, meski dana yang diinvestasikan relatif masih kecil, yaitu sekitar Rp 53,77 triliun," ujar dia.

Baca juga: Survei Populix: Masyarakat Indonesia Cenderung Gunakan Mobile Banking ketimbang E-wallet dan Digital Banking

"Sementara, jumlah invesatasi yang berasal dari invesotor dengan rentang usia 60 tahun yang mencapai 27,5 persen atau sebesar Rp 553 triliun," tambah Priyanto.

Meskipun tingkat berinvestasi sudah cukup tinggi, Priyanto mengingatkan kalangan milenial harus tetap waspada. Keinginan berinvestasi juga harus dibarengi dengan pemahaman terhadap karakteristik produk, agar pemilihan produk keuangan bisa lebih tepat.

“Kita harus melihat siapa penyelenggara investasi, berizin atau tidak, minimal itu. Sehingga para milenial bisa terhindar dari investasi bodong,” ucap Priyanto.

Baca juga: Bitcoin hingga Doge Menguat, Simak Harga Kripto Hari Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com