Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Ungkap 2 Penyebab yang Membuat Rupiah Melemah

Kompas.com - 08/07/2022, 16:00 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah melemah dan sempat menyentuh level Rp 15.000 per dollar AS.

Melansir data Bloomberg, mata uang Garuda saat ini mulai menguat tipis di level Rp 14.979 per dollar AS. Nilai tersebut menguat 0,08 persen dari posisi penutupan perdagangan kemarin Rp 15.001 per dollar AS.

Lalu apa saja penyebab pelemahan nilai tukar rupiah saat ini menurut BI?

1. Pelaku pasar keuangan global khawatir resesi

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Edi Susianto mengatakan, penyebab utama dari pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan karena pelaku pasar keuangan khawatir akan terjadi resesi ekonomi global.

Baca juga: Subsidi Energi Bisa Makin Bengkak akibat Pelemahan Rupiah

"Triger utama dari pelemaham mata uang ini adalah datang dari pasar keuangan global, di mana pelaku pasar global khawatir akan terjadinya perlambatan lebih jauh atas ekonomi global bahkan khawatir bisa masuk ke kondisi resesi," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/7/2022).

Pelaku pasar melihat kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) saat ini cenderung mendukung asumsi tersebut. Ditambah AS dan negara-negara lain saat ini tengah menghadapi lonjakan inflasi.

2. Investor mencari instrumen safe haven

Bayangan resesi yang menghantui perekonomian berbagai negara tersebut menyebabkan investor di pasar global mencari instrumen investasi yang aman (safe haven) dari ketidakpastian ini.

"Hal tersebut mendorong para pelaku pasar global untuk terus mencari safe haven currency dan safe haven assets," ucap Edi.

Dia menyebutkan, saat ini mata uang safe haven yang dipilih investor pasar uang ialah dollar AS.

Baca juga: Dilema Ekonomi RI: Mulai Pulih dari Pandemi, Malah Diadang Inflasi dan Pelemahan Rupiah

Ini menyebabkan indeks dollar AS (DXY) terus menguat dan bahkan kini sudah berada di atas 106, di mana level ini menjadi yang tertinggi selama 20 tahun terakhir.

"Sementara safe haven assets condong ke cash market dan ke US Treasury (UST bond) sehingga yield UST 10 year terus mengalami penurunan (UST menguat)," jelasnya.

Skibat kedua faktor tersebut, pelemahan tidak hanya dialami oleh rupiah, tetapi juga mata uang negara lainnya.

Dengan demikian, pelemahan mata uang ini menjadi fenomena global karena terjadi di berbagai negara, khususnya negara emerging market seperti Indonesia.

"Di wilayah Asia, selain IDR mata uang lainnya spt THB, MYR, PhP, INR, KRW, juga mengalami pelemahan thd USD. Artinya ini adalah fenomena global," tutur Edi.

Baca juga: Rupiah Sempat Tembus 15.000, Pengusaha: Mengkhawatirkan Kami, Kalau Berlanjut Bisa Alami Krisis Arus Kas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com