Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom Nilai Pelemahan Rupiah Hanya Bersifat Sementara

Kompas.com - 13/07/2022, 10:43 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih dalam tren pelemahan. Mengutip Bloomberg, Rabu (13/7/2022), pukul 9.40 WIB rupiah di pasar spot berada di level Rp 14.968 per dollar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pelemahan kurs rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir hanya bersifat sementara. Ia bilang, depresiasi rupiah terjadi karena ada beberapa sentimen yang menyebabkan ketidakpastian global.

"Rupiah cenderung mengalami pelemahan, terutama karena ekspektasi inflasi yang meningkat di berbagai negara, dan diikuti oleh kenaikan suku bunga global. Hal ini yang kemudian mendorong pelemahan sebagian besar mata uang Asia belakangan," ujarnya kepada Kompas.com dikutip Rabu (13/7/2022).

Baca juga: Dirut Pertamina: Jika Semua Pindah ke BBM Subsidi, Negara Akan Rugi

Seperti diketahui, Bank Sentral AS atau Federal Reserve pada pertemuan Juni telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin, yang sekaligus menjadi kenaikan tertinggi sejak 1994.

Kebijakan itu berimbas pada keluarnya dana asing (capital outflow) dari negara-negara emerging market, termasuk Indonesia, sehingga membuat nilai tukar rupiah melemah.

Di sisi lain, ketidakpastian global juga dipengaruhi kondisi geopolitik Rusia dan Ukraina, serta kekhawatiran bahwa AS akan mengalami resesi ekonomi.

"Tidak hanya dari sisi ekspektasi kebijakan moneter global, sentimen risk-off juga mulai meningkat seiring dengan potensi risiko resesi global akibat mulai menurunnya indikator ekonomi negara maju," kata Josua.

Ia menekankan, bahwa pelemahan kurs terhadap dollar AS tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga oleh banyak negara lainnya. Dia menilai, masyarakat tak perlu khawatir dengan pelemahan rupiah, sebab meski ada sentimen negatif namun secara fundamental ekonomi RI masih kuat.

Menurutnya, faktor fundamental ekonomi Indonesia masih kuat jika dibandingkan dengan sebagaian besar negara berkembang.

Baca juga: Pertamina Disarankan Beli Minyak Murah dari Rusia

Ini tercermin dari tingkat inflasi yang terkendali, cadangan devisa yang solid, kinerja ekspor yang positif, neraca transaksi berjalan yang berada dalam level yang sehat, pemulihan ekonomi yang terus berlanjut, serta kondisi fiskal yang tetap prudent.

Dengan pertimbangan solidnya faktor fundamental ekonomi Indonesia, Josua menilai, rupiah memiliki ruang untuk mengalami penguatan terhadap dollar AS, atau tingkat depresiasi rupiah cenderung akan lebih rendah jika dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya.

"Oleh sebab itu, pelemahan rupiah saat ini sangat dipengaruhi oleh faktor sentimen. Masyarakat tidak perlu berspekulasi terhadap pergerakan nilai tukar rupiah kedepannya karena faktor sentimen hanya bersifat sementara," tutupnya.

Baca juga: 5 Fakta Rupiah Digital, Tekan Risiko Kripto hingga Dikritik IMF

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com