Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Stagflasi Semakin Nyata, Apa Dampaknya bagi Masyarakat?

Kompas.com - 14/07/2022, 15:05 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian dunia tengah dibayang-bayangi oleh risiko stagflasi yang serius. Ini merupakan imbas dari tidak berkesudahannya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina serta pandemi Covid-19 yang masih melanda berbagai negara.

Stagflasi adalah kondisi pada sebuah periode inflasi yang dikombinasikan dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB). Fenomena ini bisa ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang melemah dan angka pengangguran yang tinggi.

Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan kondisi stagflasi juga berpotensi terjadi di Indonesia jika stagflasi dialami oleh mitra dagang utama Tanah Air, seperti China dan Amerika Serikat.

"Diperkirakan bila stagflasi terjadi, maka aliran ekspor dan investasi Indonesia akan cenderung terhambat di tangah proses pemulihan pasca pandemi," ujar dia kepada Kompas.com, Kamis (14/7/2022).

Josua menilai potensi stagflasi di Indonesia sebenarnya masih relatif rendah meskipun realisasi inflasi terus merangkak naik. Sebab indikator konsumen Indonesia masih terjaga seiring dengan komitmen pemerintah menjaga harga berbagai jenis komoditas.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Perang Rusia-Ukraina Jadi Sumber Krisis Energi dan Pangan Dunia

Dampak stagflasi

Namun demikian, risiko stagflasi tetap ada. Pasalnya harga berbagai komoditas melonjak, imbas dari terganggunya rantai pasok global saat ini.

Josua mengatakan jika memang terjadi, stagflasi akan berimbas kepada daya beli masyarakat. Ini disebabkan oleh lonjakan inflasi dan konsumsi masyarakat yang justru menurun seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Penurunan daya beli masayarakat kemudian mendorong perlambatan pengeluaran konsumen secara global," kata Josua.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan, risiko stagflasi yang juga diikuti oleh resesi akan berdampak kepada peningkatan biaya hidup. Selain harga komoditas yang meningkat, masyarakat juga akan dihadapi oleh suku bunga pinjaman yang tinggi.

Baca juga: Risiko Stagflasi Meningkat, BI Tingkatkan Waspada

Sebagaimana diketahui, dalam rangka memerangi inflasi tinggi, bank sentral biasanya akan menaikkan suku bunga acuannya. Ini dilakukan untuk meredam daya beli masyarakat, sehingga inflasi dapat mereda.

"Bagi pekerja tentu tentu imbasnya biaya hidup semakin mahal, sementara upah hanya naik rata-rata 1 persen, mau cicilan motor dan rumah juga semakin mahal karena suku bunga otomatis naik," tuturnya.

Dalam jangka panjang, Bhima mengatakan pekerja rentan bisa jatuh ke bawah garis kemiskinan meskipun tetap aktif bekerja.

"Banyak tekanan yang disebut sebagai cost of living crisis atau krisis biaya hidup," ucap dia.

Baca juga: Asosiasi Pedagang Pasar Minta Zulkifli Hasan Fokus Kerja

Peringatan Bank Indonesia

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyebut dunia sedang menghadapi risiko stagflasi yang serius akibat beberapa hal yang menyebabkan gejolak dalam perekonomian.

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, risiko stagflasi ini diakibatkan oleh dampak dari pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik Ukraina-Rusia yang mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi global.

Lantaran terjadi kedua hal tersebut, pada bulan lalu Bank Dunia telah menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini menjadi 2,9 persen setelah revisi pertama 3,2 persen pada April lalu.

"Dunia menghadapi risiko stagflasi yang serius. Compounding effect dari pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik Ukraina-Rusia yang sedang berlangsung telah terwujud dalam prospek pertumbuhan global baru-baru ini," ujarnya saat acara Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery di Bali, Rabu (13/5/2022).

Baca juga: Bayangan Stagflasi Ekonomi Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com