Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemulihan Ekonomi Dibayang-bayangi Mahalnya Harga Komoditas, Termasuk Minyak Goreng

Kompas.com - 15/07/2022, 15:05 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan, meski Indonesia terus menunjukkan tren pemulihan ekonomi, namun naiknya harga komoditas bisa memicu terhadap daya beli masyarakat.

"Di tengah membaiknya ekonomi (Indonesia) dari berbagai indikator, kita dihadapkan atau dibayang-bayangi kenaikan harga-harga untuk sejumlah komoditas di bulan Maret ini," katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/7/2022).

"Ini menunjukkan tren yang terus berlanjut hingga bulan Juni. Tentu saja, tekanan kenaikan harga komoditas itu nantinya akan berdampak kepada daya beli masyarakat atau bertambahnya beban pengeluaran masyarakat," sambung Margo.

Baca juga: Kontroversi Mendag Zulhas, Minyak Goreng hingga Alih Fungsi Hutan

Margo menyebutkan mahalnya minyak goreng salah satunya, akan membebani pengeluaran masyarakat sehingga pemulihan ekonomi bisa terhambat. Indeks harga konsumen (IHK) di perkotaan, pada Maret 2022, adalah sebesar 2,64 persen. Lebih tinggi dari IHK perkotaan pada September 2021, yang hanya 1,60 persen.

Kalau lihat komoditas penyumbang utama di IHK itu adalah minyak goreng, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, rokok kretek filter, satu lagi ikan segar," sebutnya.

Kemudian, perkembangan harga di tingkat pedesaan, lanjut Margo, digambarkan dengan indeks konsumsi rumah tangga (IKRT). IKRT pada Maret tahun ini sebesar 2,54 persen, dibandingkan September 2021 hanya sebesar 2,14 persen.

Baca juga: Sri Mulyani: 60 Persen Negara Miskin Terancam Bangkrut akibat Lonjakan Utang

Tidak berbeda jauh dengan perkotaan, minyak goreng lagi-lagi berdampak terhadap daya beli masyarakat. Kemudian, harga rokok kretek filter, rokok kretek, beras, dan gula pasir.

"Di satu sisi, pemulihan ekonomi terus berlanjut tapi di satu sisi saat ini kita dihadapi oleh satu tantangan baru yakni akibat krisis pangan dan energi secara global. Ini sudah mulai terasa dampaknya terhadap masyarakat, baik di perkotaan maupun pedesaan," ucapnya.

Baca juga: BPS Sebut Tren Ekspor CPO RI Meningkat Sejak Larangan Ekspor Dicabut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com