Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Dampak Resesi Global terhadap Perekonomian Indonesia

Kompas.com - 15/07/2022, 15:30 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai lembaga internasional telah menyampaikan "ramalan" buruk terkait prospek perekonomian global. Kontraksi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara yang akan memicu terjadinya resesi global menjadi semakin tidak terhindari.

Pasalnya, lonjakan harga berbagai komoditas yang terjadi saat ini menekan daya beli masyarakat. Dengan demikian, konsumsi rumah tangga, yang merupakan penopang pertumbuhan ekonomi berbagai negara, diproyeksi mengalami perlambatan pertumbuhan.

Lantas, dengan ancaman resesi global yang semakin nyata ini, apa dampaknya ke ekonomi Indonesia?

Baca juga: Apa Itu Resesi Ekonomi: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede meyakini, dampak resesi global terhadap ekonomi Indonesia tidak akan separah 2020 atau 1998. Pasalnya, saat ini kondisi ekonomi riil Indonesia masih terjaga dengan baik.

Itu terefleksikan dari data Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia (BI) teranyar, yang menunjukkan indikasi peningkatan industri pengolahan yang berada di atas level 50 atau fase ekspansi pada 2 kuartal terakhir 2022. BI mencatat PMI Indonesia pada kuartal II-2022 kian ekspansif, yakni sebesar 53,61 persen, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 51,77 persen.

Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia memang mengalami koreksi, yakni dari 128,9 pada Mei 2022, menjadi 128,2 pada Juni kemarin. Walaupun menurun, angka tersebut masih menunjukan konsumen masih optimis terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat ini.

"Dampak kepada perekonomian (RI) pada resesi global diperkirakan tidak separah 2020 ataupun 1998, seiring dengan kondisi ekonomi riil yang masih relatif stabil sejauh ini," ujar Josua, kepada Kompas.com beberapa waktu lalu, dikutip Jumat (15/7/2022).

Lebih lanjut Josua menjelaskan, resesi global yang berpotensi terjadi mempunyai perbedaan dengan krisis-krisis sebelumnya, terutama dengan krisis pandemi. Di mana, pada saat pandemi kemarin, krisis disebabkan oleh penurunan aktivitas ekonomi.

"Potensi resesi pada kali ini cenderung berasal dari potensi stagflasi di berbagai negara. Stagflasi berasal dari kenaikan inflasi di sebagian besar sektor akibat bahan baku yang meningkat," tutur dia.

Baca juga: Indonesia Perlu Antisipasi Dampak Resesi Ekonomi AS, Ini Saran Ekonom

Meskipun potensi rembetan resesi global ke Tanah Air minim, perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional masih mungkin terjadi. Ini disebabkan oleh kenaikan harga barang dan pelemahan nilai tukar rupiah.

"Kenaikan inflasi ini ini kemudian menggerus daya beli masyarakat, terutama pekerja," kata Josua.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan, beberapa indikator ketahanan ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik dari krisis 2008 dan taper tantrum 2013.

"Misalnya, cadangan devisa RI yang besar, yakni 136,4 miliar dollar AS, kemudian ada windfall harga komoditas yang bantu jaga rupiah tidak terkoreksi sedalam negara peers," kata dia.

Namun demikian, Ia menambah, indikator ketahanan perekonomian bisa berubah dengan cepat. Pasalnya, saat ini perekonomian Indonesia masih ditopang oleh salah satunya komoditas, yang harganya relatif sangat fluktuatif.

"Artinya, menggantungkan ketahanan eksternal dengan fluktuasi harga komoditas sama dengan naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Sekali harga komoditas anjlok, hilang pendapatan, devisa dan pertahanan ekonomi langsung melemah," tutur dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Whats New
Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com