Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Inflasi Tinggi dan Resesi Ekonomi, Bagaimana Kinerja Reksa Dana?

Kompas.com - 20/07/2022, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SECARA umum, penyebab inflasi dan resesi sudah cukup banyak dibahas di media massa. Mulai dari gangguan rantai pasok harga minyak, gas, dan batu bara serta komoditas lainnya akibat perang Rusia – Ukraina yang belum selesai dan menguat kurs dollar AS terhadap mata uang di seluruh dunia termasuk Indonesia sehingga menyebabkan harga barang impor semakin tinggi.

Dalam kondisi seperti ini bagaimana kinerja reksa dana? Berdasarkan jenisnya, perkiraan dampak terhadap masing-masing reksa dana adalah sebagai berikut:

Reksa dana pasar uang

Jenis reksa dana ini menempatkan investasinya 100 persen pada deposito dan obligasi yang jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Inflasi yang tinggi memicu kenaikan suku bunga yang agresif di Amerika Serikat. Efek samping dari kebijakan ini adalah membuat nilai tukar dollar AS menguat terhadap mata uang di seluruh dunia.

Untuk kurs nilai tukar dollar AS terhadap rupiah yang pada awal tahun berkisar di Rp 14.400 - Rp 14.600, sekarang sudah bergerak di level Rp 15.000-an.

Sebagai bentuk antisipasi terhadap kurs yang telah berada di level Rp 15.000-an dan inflasi dalam negeri yang terus meningkat, Bank Indonesia diperkirakan akan mulai menaikkan BI 7 Days Reverse Repo Rate bulan Juli.

Kebijakan ini biasanya akan diikuti oleh Bank Umum yang menaikkan suku bunga depositonya meskipun tidak serta merta.

Kondisi ini menguntungkan porsi deposito dalam reksa dana pasar uang sehingga berpotensi memberikan tingkat return yang lebih baik.

Bobot obligasi di reksa dana pasar uang biasanya lebih minim dan sudah mau jatuh tempo, sehingga tidak ada efek naik turun harga.

Untuk obligasi baru yang mau diterbitkan, kenaikan suku bunga akan menguntungkan karena perusahaan yang menerbitkan obligasi baru harus memberikan kupon yang lebih tinggi supaya menarik bagi investor.

Resesi ekonomi yang terjadi Amerika Serikat seharusnya tidak berdampak signifikan kecuali sampai menyebabkan perusahaan penerbit obligasi atau bank mengalami gagal bayar. Sejauh ini belum ada dan kemungkinannya amat kecil.

Jadi bisa disimpulkan bahwa inflasi tinggi justru positif untuk kinerja reksa dana pasar uang. Sementara untuk resesi, bisa dikatakan tidak ada dampak apapun.

Reksa dana pendapatan tetap

Jenis reksa dana ini memiliki kebijakan maksimal 20 persen di instrumen deposito dan minimal 80 persen di obligasi.

Tergantung manajer investasi untuk jenisnya, bisa di obligasi negara, korporasi, dan atau syariah.

Perbedaan antara obligasi yang ada di reksa dana pendapatan tetap dan obligasi yang ada di reksa dana pasar uang adalah jatuh temponya.

Di reksa dana pasar uang, shanya ada obligasi dengan jatuh tempo di bawah 1 tahun, sementara di reksa dana pendapatan tetap antara 2-5 tahun untuk korporasi dan 2-30 tahun untuk pemerintah.

Jatuh tempo yang lebih panjang menyebabkan harga obligasi lebih sensitif terhadap kebijakan suku bunga.

Untuk obligasi yang sudah mau jatuh tempo (di bawah 1 tahun) harganya sudah pasti akan kembali ke nominal (100). Kecuali ada kejadian gagal bayar, harganya tidak banyak berubah.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com