JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesian Gas Society (IGS) berupaya memperkuat perannya sebagai kendaraan guna menciptakan masa depan pengembangan gas dan liquefied natural gas (LNG) terhadap tantangan dekarbonsisasi saat ini. Sehingga, komunitas pelaku bisnis di sektor gas tidak membatasi diri untuk hanya fokus pada gas dan LNG.
“Semua sumber daya kita saling berhubungan dan jalur untuk mencapai nett zero, target kami bervariasi melalui penggabungan gas dengan teknologi carbon capture,” ujar Aris Mulya Azof, Chairman Indonesian Gas Society, Selasa (19/7/2022).
Aris mengungkapkan, sejak 2014 IGS telah memfasilitasi kolaborasi penting antara pemangku kepentingan energi publik dan swasta di Indonesia. Hal ini memungkinkan transfer pengetahuan dan mengembangkan strategi kerjasama untuk memenuhi kebutuhan energi bangsa kita.
Baca juga: Pangkas Emisi, Freeport Bakal Manfaatkan LNG
Dalam banyak konferensi iklim internasional, peralihan batubara ke gas dan dukungan gas untuk energi terbarukan menjadi dua topik utama dalam mendorong transisi energi, terutama di Asia. Gas dan LNG adalah sumber energi yang akan memainkan peran penting peran selama tahun-tahun awal transisi energi.
“Gas alam adalah bahan bakar fosil terbersih dan paling fleksibel. Ini kemungkinan menjadi bahan bakar fosil terakhir yang digantikan oleh energi terbarukan dalam beberapa dekade,” ujarnya.
Baca juga: Penutupan Kilang LNG milik Freeport Guncang Pasar Energi Dunia
Menurut Aris, penggunaan gas sebagai transisi ke pengembangan secara masif energi terbarukan adalah sangat realistis karena harganya relatif lebih murah, lebih andal, dan lebih fleksibel sehingga memungkinkan Indonesia untuk secara bertahap mencapai pasokan energi nol karbon yang layak secara komersial.
“Kami percaya pengembangan bersama proyek gas dan energi terbarukan akan mempercepat energi transisi dan membawa efek pengganda teknologi dan ekonomi pada skala global,” ujarnya.
Aris menyebutkan, saat ini yang diperlukan adalah pengembangan teknologi baru untuk memenuhi permintaan energi jangka pendek. Dalam jangka panjang, mencari solusi yang tepat untuk mencapai ketahanan dan keterjangkauan energi, sekaligus membangun peta jalan perubahan yang berarti untuk meningkatkan kapasitas elektrifikasi sambil mencapai target pengurangan emisi.
“Ini adalah tantangan besar namun unik, apalagi kita menjadi tuan rumah Presidensi G20, salah satu agendanya adalah energi,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.