Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meskipun Inflasi, Tren Harga Minyak Mentah Dunia Masih Bulish di Kuartal III-2022

Kompas.com - 21/07/2022, 11:20 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam riset Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (ICDX), tren harga minyak mentah dunia di kuartal III 2022 masih mengalami bullish.

Research & Development ICDX, Girta Yoga mengatakan, nilai dari minyak mentah sendiri akan tetap mengalami peningkatan sehingga hal tersebut menjadi daya tarik untuk bertransaksi. Pada kuartal II-2022 sebelumnya, harga minyak mentah dunia mengalami peningkatan sebesar 15,04 persen.

“Diperkirakan pada kuartal III-2022 ini, harga minyak akan tetap mengalami penguatan meskipun ada beberapa faktor yang bisa menahan penguatan harga tersebut,” kata jelas Girta dalam siaran pers, Rabu (20/7/2022).

Baca juga: Wall Street Kembali Menguat, Indeks Utama Bursa AS Sentuh Level Tertinggi Sejak Awal Juni

Walau demikian, tren kenaikan harga minyak mentah dunia ini terjadi di tengah kekhawatiran dunia akan inflasi global. Saat ini, beberapa negara seperti Amerika, Australia, Inggris dan lainnya tengah mengalami inflasi. Bagi beberapa negara, inflasi yang terjadi pada tahun ini menjadi inflasi tertinggi dalam dekade terakhir.

Sementara itu, inflasi domestik yang terus mengalami peningkatan disebabkan karena tingginya tekanan sisi penawaran. Hal ini seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia.

“Melihat dari beberapa katalis yang ada, di kuartal III-2022 ini pergerakan harga minyak masih mengalami bullish. Namun tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan ada sentimen-sentimen yang akan menahan pergerakan harga tersebut,” ujar Girta.

Baca juga: Lanjutkan Tren Penguatan, IHSG Berpotensi Tembus 6.900 Hari Ini

Girta mejelaskan, sentimen yang menahan pergerakan harga salah satunya mengenai Pakta Produksi Opec+ yang berakhir pada Agustus 2022. Menurut Girta, Pakta Produksi Opec+ akan berpengaruh terhadap kondisi pasokan global sehingga akan berdampak terhadap pergerakan harga.

“Mengenai Pakta Produksi Opec+ yang hingga saat ini tidak ada sinyal untuk berlanjut, di mana hal ini akan mempengaruhi pasokan yang ada di pasar,“ ujar Girta.

Di sisi lain, konflik Geopolitik yang masih terjadi antara Rusia-Ukraina juga masih menjadi penyebab harga komoditas yang tinggi dan terus meningkat. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya produksi serta impor yang berasal dari negara tersebut.

Ukraina merupakan salah satu negara pemasok gandum terbesar di perdagangan dunia, dan Rusia yang merupakan negara kedua terbesar di dunia pemasok minyak mentah. Menurut Vice President of Research and Development, Isa Djohari, konflik geopolitik Rusia-Ukarina masih memiliki dampak yang besar bagi supply energi, seperti pasokan energi dari Russia ke Eropa yang memberikan dampak terhadap pihak luas.

“Konflik ini berdampak pada kenaikan harga bahan bakar yang berimbas pada tinggi dan naiknya harga komoditas global, yang merupakan kebutuhan masyarakat sehingga pada akhirnya mengakibatkan inflasi pada setiap negara“ ujar Isa Djohari.

Baca juga: Menteri Bahlil Heran saat RI Disebut Lagi Krisis: Apanya yang Krisis?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Work Smart
Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Whats New
Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Whats New
Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Whats New
Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Whats New
Bandara VVIP IKN Bakal Dioperasikan Terbatas Saat Upacara 17 Agustus

Bandara VVIP IKN Bakal Dioperasikan Terbatas Saat Upacara 17 Agustus

Whats New
Kopi Tuku Buka Kedai 'Pop-up' Pertamanya di Korsel

Kopi Tuku Buka Kedai "Pop-up" Pertamanya di Korsel

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com