Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Daftar Negara yang Diperkirakan Akan Masuk "Jurang" Resesi

Kompas.com - 26/07/2022, 15:05 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA. KOMPAS.com – Survei Bloomberg mencatat Indonesia masuk dalam deretan negara yang berpotensi mengalami resesi. Namun, Indonesia bukan negara yang terparah dalam hal resesi, mengingat Indonesia berada pada posisi ke-14.

Negara terancam resesi yang paling pertama adalah Sri Lanka dengan persentasi 85 persen. Menyusul, New Zealand 33 persen, Korea Selatan, dan Jepang 25 persen.

Kemudian, 20 persen masing-masing untuk China, Hongkong, Australia, Taiwan, dan Pakistan. Sementara itu, Malaysia 13 persen, disusul oleh Vietnam dan Thailand 10 masing-masing 10 persen, Filipina 8 persen, Indonesia 3 persen, dan India 0 persen.

Baca juga: Tak Hanya AS, Beberapa Negara Ekonomi Utama Diproyeksi Alami Resesi dalam 1 Tahun ke Depan

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menilai, Indonesia punya potensi mengalami resesi meski relatif kecil, dan itu merupakan hal yang patut disyukuri.

Dia mengatakan, pemerintah berusaha menekan harga sejumlah komoditas yang dikeluhkan naik oleh masyarakat, dan meminta masyarakat memahami kondisi ekonomi yang tidak baik bukan hanya dialami Indonesia, tetapi juga terjadi global.

"Kita masih, alhamdulillah pada risiko 3 persen. Di antaranya harga minyak kemarin yang masih tidak stabil dan alhamdulillah sekarang sudah menuju stabil. Kita juga harus melihat kondisi ekonomi global saat ini seperti apa," ujar Moeldoko.

Mengutip Indiatimes, Kepala Ekonom Nomura Rob Subbaraman mengatakan, kondisi resesi tersebut terjadi sebagai imbas kebijakan bank sentral yang ingin mengendalikan lonjakan inflasi sehingga berpotensi membuat kesalahan dengan pengetatan moneter yang terlalu agresif, yang imbasnya mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Bahlil: Jangan Percaya Informasi Indonesia Bakal Resesi seperti Sri Lanka

"Meningkatnya tanda-tanda bahwa ekonomi dunia memasuki perlambatan pertumbuhan yang tersinkronisasi, yang berarti negara-negara tidak dapat lagi mengandalkan rebound ekspor untuk pertumbuhan, sehingga mendorong kami untuk memperkirakan beberapa resesi," tulis Nomura.

Berbeda dengan Presiden AS Joe Biden dan pejabat Gedung Putih lainnya yang meyakinkan bahwa resesi tidak akan terjadi di AS. Bahkan, saat pemerintah tengah bersiap mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang kemungkinan susut.

"Kami tidak akan berada dalam resesi, dalam pandangan saya. Tingkat pekerjaan masih salah satu yang terendah yang pernah kami alami dalam sejarah. Itu di area 3,6 (persen). Kami masih berdiri, dan masih banyak yang berinvestasi,” kata Biden kepada wartawan mengutip CNN, Senin (25/7/2022).

"Harapan saya adalah kita beralih dari pertumbuhan yang cepat ini ke pertumbuhan yang stabil. Saya rasa tidak' akan terjadi resesi," lanjutnya.

Baca juga: Ekonom: Indonesia Masih Jauh dari Resesi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com