Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Jadi Negara Pemberi Utang Terbesar di Dunia, Berapa Nilai Pinjamannya?

Kompas.com - 27/07/2022, 09:50 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.comChina dikenal merupakan salah satu negara kreditur atau pemberi utang terbesar di dunia. Nilai pinjaman yang diberikan China kepada debitur juga terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya.

Mengutip BBC, pinjaman yang diberikan oleh China ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah telah meningkat tiga kali lipat selama dekade terakhir, dengan total nilai tercatat pada tahun 2020 mencapai 170 miliar dollar AS yang setara dengan Rp 2.550 triliun (kurs Rp 15.000 per dollar AS).

Namun, komitmen pinjaman dari China secara keseluruhan diperkirakan jauh lebih besar daripada angka yang tercatat. Di sisi lain, praktik ini menghadapi banyak kritik. Pinjaman dari China ke negara berkembang dinilai membuat negara tersebut berjuang mati-matian untuk melunasinya karena mendapatkan tekanan yang kuat dari Beijing.

Baca juga: Bayang-bayang Pinjaman China di Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Namun, China membantah hal tersebut, dan menuduh negara Barat sengaja mengatakan hal demikian, untuk menodai citranya. Cina menyebut, “Tidak ada satu negara pun yang jatuh ke dalam apa yang disebut 'jebakan utang' sebagai akibat dari pinjaman dari China”.

Penelitian badan pembangunan internasional di William & Mary University di AS AidData menyebutkan, setengah pinjaman dari China ke negara-negara berkembang tidak dilaporkan dalam statistik utang resmi.

AidData mencatat, utang dari negara berkembang sering dijauhkan dari neraca pemerintah, dan diarahkan ke perusahaan milik negara dan bank-bank China, usaha patungan atau lembaga swasta. Tercatat saat ini ada lebih dari 40 negara berpenghasilan rendah dan menengah, memiliki utang ke China lebih dari 10 persen dari PDB mereka.

Profesor Lee Jones di Queen Mary University of London mengatakan, China tidak mempublikasikan catatan pinjaman luar negerinya, dan sebagian besar kontraknya mengandung klausul non-disclosure yang mencegah peminjam mengungkapkan isinya.

“Kerahasiaan seperti itu adalah praktik umum untuk kontrak pinjaman internasional. Perjanjian kerahasiaan sangat umum dalam pinjaman komersial internasional,” kata Jones.

Baca juga: Mencermati Lonjakan Utang Indonesia ke China dari Tahun ke Tahun

Djibouti, Laos, Zambia, dan Kirgistan juga sempat memiliki utang ke China yang setara dengan 20 persen dari PDB tahunan mereka. Sebagian besar utang ke China terkait dengan proyek infrastruktur besar seperti jalan, kereta api dan pelabuhan, dan juga industri pertambangan dan energi.

Apa itu 'jebakan utang' dan apa buktinya?

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, kepala badan intelijen luar negeri Inggris MI6 Richard Moore mengatakan, China menggunakan apa yang disebutnya "jebakan utang" untuk mendapatkan pengaruh atas negara lain.

“Ada kabar yang menyebutkan ketika melakukan pinjaman ke China, pada akhirnya beberapa negara harus menyerahkan kendali atas aset-aset utama jika mereka tidak dapat memenuhi pembayaran utang mereka. Namun, tuduhan ini sudah sejak lama dibantah oleh Beijing,” kata Moore.

Salah satu contoh adalah kondisi Sri Lanka, yang bertahun-tahun lalu memulai proyek pelabuhan besar-besaran di Hambantota dengan investasi dari China. Namun, proyek miliaran dollar AS yang menggunakan pinjaman dan kontraktor dari China menjadi terperosok dalam kontroversi, dan membebani Sri Lanka dengan utang yang terus bertambah.

Akhirnya, pada tahun 2017, Sri Lanka setuju untuk memberi China Merchants kepemilikan 70 persen saham pengendali di pelabuhan dengan sewa 99 tahun sebagai imbalan atas investasi China lebih lanjut.

Analisis proyek pelabuhan oleh lembaga pemikir Chatham House yang berbasis di Inggris telah mempertanyakan apakah narasi "jebakan utang" benar-benar berlaku, mengingat kesepakatan itu didorong oleh motivasi politik lokal, dan bahwa China tidak pernah mengambil kepemilikan formal atas pelabuhan tersebut.

Meskipun demikian, ada sedikit keraguan bahwa keterlibatan ekonomi China di Sri Lanka telah berkembang dalam dekade terakhir, dan kekhawatiran tetap ada, hal ini dapat digunakan untuk memajukan ambisi politik China di kawasan itu.

Baca juga: Luhut Jawab Tudingan Jebakan Utang China di Proyek Kereta Cepat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com