Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDB Kuartal II-2022 Terkontraksi 0,9 Persen, AS Resmi Resesi?

Kompas.com - 29/07/2022, 09:17 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Data dari Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS mencatatkan, produk domestik bruto (PDB) AS mengalami kontraksi 0,9 persen pada kuartal II tahun 2022 year on year. Pada kuartal I tahun 2022, AS mencatat kontraksi PDB sebesar 1,6 persen.

Mengutip Bloomberg, Menteri Keuangan AS Janet Yellen membantah saat ini AS masuk dalam resesi. Menurut dia, perlambatan ekonomi terjadi karena upaya The Fed dalam menekan laju inflasi.

"Kami memang melihat perlambatan pertumbuhan yang signifikan. Tetapi resesi yang sebenarnya adalah pelemahan ekonomi yang luas, dan bukan itu yang kita lihat sekarang,” kata Yellen pada konferensi pers, Kamis.

Baca juga: Cegah AS Masuk Jurang Resesi, The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Basis Poin

Mengutip The Guardian, AS sudah dua kali mengalami kontraksi pada PDB sehingga secara teknis AS sudah masuk pada resesi. Walau demikian, pejabat Gedung Putih berupaya meredam pembicaraan tentang resesi, dengan alasan masih ada banyak sektor-sektor ekonomi tetap kuat.

Hal ini juga kontras terhadap peningtahuan PDB di akhir tahun 2021, yakni 6,9 persen, ketika ekonomi mulai bangkit kembali dari pandemi Covid-19. Namun, laju pertumbuhan yang cepat berkontribusi pada melonjaknya inflasi, yang saat ini mencapai level tertinggi dalam 40 tahun.

Baca juga: Kapan Indonesia Mengalami Resesi? Ini Jawaban Pengamat

Untuk menekan inflasi Federal Reserve telah berkali-kali menaikkan suku bunga, terakhir kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin. Dalam laporan PDB AS salah satu penopang pertumbuhan ekonomi yakni, pengeluaran konsumen tercatat melambat, namun tetap tumbuh positif 1 persen secara tahunan.

Sementara itu, Investasi residensial, atau konstruksi rumah, turun 14 persen secara tahunan seiring dengan perlambatan bisnis konstruksi. Selain itu, barang-barang kebutuhan sehari-hari yang diroduksi belum terjual sepenuhnya.

“Penurunan tahunan 0,9 persen dalam PDB pada kuartal kedua mengecewakan tetapi tidak berarti ekonomi berada dalam resesi,” kata Andrew Hunter, ekonom senior AS di Capital Economics.

Baca juga: Ini Skenario Terburuk Jika Harga Minyak Mentah Melonjak ke 200 Dollar AS Per Barrel

Survei kepercayaan konsumen juga mengalami penurunan, karena kekhawatiran resesi tumbuh. Namun, Biden beralasan perlambatan ekonomi tidak mengherankan, karena The Fed berupaya untuk menekan inflasi.

“Tidak mengherankan ekonomi melambat karena Federal Reserve bertindak untuk menurunkan inflasi. Bahkan ketika kita menghadapi tantangan global yang bersejarah, kita berada di jalan yang benar dan kita akan melalui transisi ini dengan lebih kuat dan lebih aman,” kata Biden.

Pengumuman PDB AS ini terjadi sehari setelah The Fed mengumumkan kenaikan 75 basis poin pada suku bunga acuan. Harga-harga mulai mengalami kenaikan 9,1 persen secara tahunan sejak Juni 2022, yang didorong oleh melonjaknya biaya bahan bakar, makanan dan tempat tinggal.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada hari Rabu, dia tidak percaya AS sekarang dalam resesi. Dia mengatakan, The Fed siap untuk terus menaikkan suku bunga untuk menurunkan harga dan langkah seperti itu tidak dapat dihindari.

“Stabilitas hargalah yang membuat seluruh perekonomian bekerja,” kata Powell.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com