Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Antonius Ferry Timur
Konsultan

Konsultan dan pemerhati pendidikan dasar, Direktur Yayasan Abisatya Yogyakarta

Menumbuhkan Pendidikan Kewirausahaan di Masa Pandemi

Kompas.com - 02/08/2022, 09:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KESULITAN akibat Pandemi Covid 19 masih kita rasakan sampai hari ini. Masyarakat mengalami krisis keuangan, harga pangan mahal, sulitnya mencari pekerjaan dan peluang usaha.

Namun efek positifnya masyarakat kecil mulai kreatif. Korban PHK dan ibu rumah tangga semakin gigih dalam berwirausaha.

Meskipun tidak sedikit yang mengalami kegagalan karena minimnya daya tahan dan pengalaman dalam berwirausaha.

Bagi umumnya orang Indonesia, memulai usaha dan menciptakan lapangan kerja sejak dini bukanlah merupakan kebiasaan yang lazim dilakukan.

Penyebabnya, menurut Agung B. Waluyo, dari Universitas Ciputra Entrepreneurship Center, dipengaruhi oleh dua hal.

Pertama, selama 350 tahun masa penjajahan sebagian besar rakyat Indonesia tidak mendapat pendidikan yang seharusnya. Kedua, pendidikan kita memiliki orientasi membentuk SDM pencari kerja bukan pencipta kerja.

Mind set sebagai pencari kerja semakin meningkatkan tingginya penggangguran di Indonesia. Lulusan Diploma yang mengganggur saat ini 305.261 orang, sedangkan lulusan sarjana juga bertambah menjadi 981.203 orang. Secara keseluruhan porsi pengangguran kaum terdidik 14,3 persen. (Kompas.Id, 13 April 2022).

Padahal menurut penelitian, setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen hanya mampu menciptakan sekitar 265.000 lapangan kerja baru.

Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkisar antara 6 persen, maka hanya tersedia sekitar 1.590.000 lapangan kerja baru. Lulusan sarjana setiap tahunnya lebih dari 300.000 orang.

Minimnya entrepreneur

Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yang berarti kontraktor. Asal katanya adalah entrepenant yang berarti giat, mau berusaha, berani, dan penuh petualangan.

Di Indonesia, entrepreneur diterjemahkan sebagai enterprenir, pengusaha dan usahawan. Di lingkungan pemerintahan, digunakan istilah wirausaha.

Tingginya pengangguran dan rendahnya kesejahteraan di Indonesia dipengaruhi oleh kecilnya jumlah enterpreneur.

Menurut David McClelland, suatu negara akan menjadi makmur apabila memiliki entrepreneur sedikitnya sebanyak 2 persen dari jumlah penduduk. Dengan jumlah penduduk sebesar 275 juta, Indonesia membutuhkan 5,5 juta entrepreneur.

Bagaimana menghasilkan wirausaha sebanyak itu? Menurut alm. Ir. Ciputra, sosok entrepreneur adalah seorang yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Namun kita orang Indonesia tidak perlu memulai dari kotoran dan rongsokan.

Indonesia dianugerahi dengan kelimpahan potensi sumber daya alam seperti energi, aneka komoditas, dan bahan-bahan tambang yang luar biasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com