Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Revitalisasi, Borobudur Ditargetkan Jadi Destinasi Kelas Dunia

Kompas.com - 02/08/2022, 12:30 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Wajah baru Borobudur kini siap dinikmati oleh para wisatawan setelah pemerintah selesai melakukan revitalisasi kawasan tersebut. Untuk mendorong pariwisata berkelanjutan, pemerintah melakukan revitalisasi dengan membangun infrastruktur, perbaikan jalan, dan koridor sampai ke dalam area candi.

“Wisatawan kini dapat melihat kemegahan Borobudur secara langsung. Pelestarian dan kemanfaatan ekonomi Borobudur juga harus dijaga agar dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. Dengan bergotong royong kita dapat menjadikan Borobudur naik kelas, dari Destinasi Super Prioritas menjadi destinasi kelas dunia,” ungkap Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo, Septriana Tangkary dalam siaran pers, Selasa (2/8/2022).

Baca juga: Luhut Luapkan Unek-unek soal Tiket Candi Borobudur Rp 750.000 ke DPR: Gampang Ngomong, Gampang Kritik...

Septriana mengatakan, pariwisata dan UMKM harus satu frekuensi, dengan mengedepankan kualitas dan berkelanjutan. Menurut dia, pariwisata berkelanjutan memiliki dampak length of stay yang lebih panjang dan jumlah belanja atau konsumsi yang lebih tinggi. Menurutnya, hal ini dapat mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat setempat.

Kemenparekraf, dalam hal ini, turut mendukung pengembangan pariwisata Borobudur, salah satunya dengan menerapkan tiga pilar strategi untuk aspek pariwisata dan ekonomi kreatif yaitu invoasi, adaptasi, dan kolaborasi.

Baca juga: Agar Tak Salah Paham soal HTM Candi Borobudur, Tiket Masuk Masih Rp 50.000, Tiket Naik ke Stupa Rp 750.000

Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu mengatakan, saat ini pihaknya tengah berupaya untuk menciptakan legacy agar pariwisata bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya.

“Aspek keberlanjutan ini bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi, industri. Jadi bagaimana pariwisata ini bisa dinikmati manfaatnya oleh semua komponen masyarakat,” ujar Vinsensius.

Baca juga: Tiket Naik ke Atas Candi Borobudur Rp 750.000 Batal, Ini Gantinya

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Restu Gunawan menyampaikan, pengembangan wisata di sekitar Borobudur dilakukan dengan tujuan candi tetap lestari serta dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar.

“Pihak yang diizinkan naik ke candi harus menggunakan sandal upanat yang proses produksinya melibatkan masyarakat sekitar, sehingga sustainability-nya bisa dijalankan seiring dengan pertumbuhan ekonomi untuk masyarakat sekitar Borobudur,” tambahnya.

Direktur TWC Borobudur, Edy Setijono menjelaskan, pengembangan kawasan Borobudur sebagai destinasi superprioritas menjadi generator penggerak untuk pengembangan wilayah Joglosemar (Jogja, Solo, dan Semarang). Tidak hanya kemanfaatan sosial dan lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat secara ekonomi.

“Konsep sirkulasi pengunjung Candi Borobudur merupakan upaya agar peluang meningkatnya jumlah wisatawan dapat sejalan dengan quality tourism, yaitu wisatawan short learning (tidak membutuhkan pendalaman wawasan Borobudur), serta wisatawan depth learning (kelompok wisatawan yang berkepentingan tertentu sehingga mendapatkan akses naik ke bangunan candi secara terbatas),” jelas Edy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com