Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina Masih Jual Rugi Pertamax, Kenaikan Harga Pertamax Turbo dkk Tak Menutupi?

Kompas.com - 04/08/2022, 14:38 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertamina menyebut kenaikan harga BBM Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite tidak dapat menambal kerugian Pertamina atas penjualan BBM jenis Pertamax yang masih di bawah harga keekonomian.

Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, hal ini lantaran kerugian dari penjualan Pertamax sangat besar.

Sementara itu, jenis BBM Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite hanya 5 persen dari total konsumsi BBM nasional, sedangkan 95 persen konsumsi berasal dari Pertamax, Pertalite, dan Solar.

Baca juga: Kembali Naik, Ini Harga Terbaru Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite

Sehingga meski Pertamina menaikkan harga 3 jenis BBM non-subsidi tersebut, tetap tidak dapat menutup keseluruhan kerugian Pertamina dalam menjual Pertamax.

"Tidak nutup, kerugian Pertamax itu sangat besar. Kita belum keluarin angkanya (kerugian penjualan Pertamax), sangat besar," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/8/2022).

Benarkah demikian?

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengamini pernyataan tersebut lantaran volume Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) dan subsidi jauh lebih banyak dari volume BBM nonsubsidi.

Dengan demikian, meskipun Pertamina menaikkan harga Pertamax Turbo dkk tentu tidak dapat menutup kerugian dari penjualan Pertamax.

"Saya kira memang demikian. Pertalite saja kisaran 23-30 juta kiloliter (KL). Solar 15-17 juta KL. Sementara total non subsidi hanya kisaran 7 juta KL," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (4/8/2022).

Kendati demikian Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengatakan, kenaikan harga Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite memang tidak dapat mengurangi kerugian Pertamina untuk penjualan Pertamax.

Namun, kenaikan harga 3 jenis BBM nonsubsidi ini dapat mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk memberikan kompensasi kepada Pertamina.

Dengan demikian, meski saat ini Pertamina menjual rugi BBM jenis Pertamax, kerugian akibat fluktuasi harga minyak tersebut akan dikompensasi oleh pemerintah.

"Pasalnya, Pertamina akan dapat penggantian melalu dana APBN untuk kompensasi jika Pertamina menjual BBM di bawah harga keekonomian," jelas Fahmy kepada Kompas.com, Rabu (4/8/2022).

Baca juga: Kuota BBM Subsidi Menipis, Bisa Terjadi Kelangkaan Solar dan Pertalite?

Namun, lanjut dia, kompensasi jual rugi akibat fluktuasi harga minyak ini tidak dapat langsung dilakukan di tahun tersebut.

Pemerintah baru dapat mengalokasikan dana kompensasi dari APBN di tahun anggaran berikutnya. Sehingga sampai saatnya dialokasikan, Pertamina yang harus menanggungnya.

"Hanya masalahnya kompensasi ke Pertamina baru dibayar pada anggaran APBN tahun berikutnya. Kalau harga BBM sesuai harga keekonomian, negara tidak perlu alokasikan dana kompensasi dari APBN," ucap Fahmy.

Sebagai informasi, sejak 1 April lalu Pertamina masih menahan harga Pertamax di level Rp 12.500-13.000 per liter. Penjualan Pertamax ini mendapatkan dana subsidi dari pemerintah sebesar Rp 3.500 per liter.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun, tetapi Pertamina Naikkan Harga BBM Nonsubsidi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Whats New
Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com