Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Sebut Ekonomi Global Tahun Depan Akan Gelap, Benarkah Demikian?

Kompas.com - 08/08/2022, 09:09 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo memprediksi kondisi ekonomi dunia pada 2023 akan lebih sulit daripada tahun ini.

Prediksi tersebut berdasarkan pertemuan dengan para pemimpin dunia, seperti Sekjen PBB Antonio Guterres, para kepala lembaga internasional, dan negara G7.

"Beliau-beliau menyampaikan, Presiden Jokowi, tahun ini kita akan sangat sulit, terus kemudian tahun depan seperti apa? Tahun depan akan gelap. Ini bukan Indonesia, ini dunia, hati-hati, bukan Indonesia, yang saya bicarakan tadi dunia," ujar Jokowi, Jumat (5/8/2022).

Baca juga: Ini Tantangan Ekonomi Indonesia pada Semester II 2022

Benarkah demikian?

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, berdasarkan survei Bloomberg, ancaman resesi global semakin kuat dalam 12 bulan ke depan.

"Probabilitas resesi ekonomi menurut survei Bloomberg sebesar 47,5 persen dalam 12 bulan ke depan. Angka ini meningkat dibanding bulan Juni yakni probabilitas resesi 30 persen," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, dikutip Senin (8/8/2022).

Apa saja yang akan terjadi di tahun depan sehingga dapat dikatakan kondisi ekonomi memburuk dari tahun ini?

1. Harga komoditas berbalik turun

Peningkatan probabilitas resesi global tersebut didukung oleh harga komoditas global yang sempat melonjak tajam beberapa waktu lalu kini justru berbalik arah karena melemahnya sisi permintaan.

Hal ini akan menurunkan penghasilan negara-negara yang selama ini mengandalkan ekspor komoditas seperti Indonesia.

"Ditambah harga komoditas yang sebelumnya booming, kini mulai terindikasi menurun," kata Bhima.

2. Konflik China-Taiwan memanaskan situasi geopolitik

Dia mengatakan, saat ini situasi geopolitik yang buruk bukan lagi hanya berasal dari ketegangan Ukraina dan Rusia. Tetapi ditambah dengan ketegangan di Taiwan.

Hubungan antara China dan Taiwan semakin panas akibat isu reunifikasi atau penyatuan kembali Taiwan ke China.

"Situasi di Taiwan ini yang akan mempercepat resesi global, karena Taiwan merupakan proxy (perantara) perang antara AS dan China," imbuhnya.

Baca juga: Mampukah Kinerja Cemerlang Ekonomi RI Semester I-2022 Tetap Bertahan hingga Akhir Tahun?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com