JAKARTA, KOMPAS.com - Dampak dari ketegangan antara China dan Taiwan disinyalir lebih buruk dari perang Rusia dan Ukraina.
Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengatakan, antaran dibalik ketegangan kedua kubu tersebut terdapat dua negara besar yang selama ini kerap bersitegang, yakni China dan Amerika Serikat (AS).
"Dampak dari ketegangan China dan Taiwan bisa berdampak lebih buruk dibanding perang Ukraina-Rusia. Taiwan sebagai proxy war antara kepentingan yang lebih luas antara AS dan China," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/8/2022).
Baca juga: Bahlil: Mau Tahun Politik, Jangan Sampai Terjadi Wait and See Investasi
Menurutnya, dengan keterlibatan AS di ketegangan tersebut dapat berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Pasalnya, keduanya menjadi tujuan ekspor tradisional Indonesia yang berkontribusi sebesar 21 persen untuk AS dan 11 persen untuk China kepada total ekspor Indonesia.
"Artinya 32 persen atau sepertiga ekspor Indonesia terancam dan menurunkan surplus neraca dagang," ungkapnya.
Baca juga: Tesla Beli Nikel ke Perusahaan China di Morowali, Ekonom: Jelas Lecehkan Posisi Indonesia...
Kemudian, letak geografis Taiwan yang berada di Asia atau lebih dekat ke Indonesia tentu akan memberikan dampak lebih besar ke Indonesia dan negara Asia lainnya dibanding perang Rusia-Ukraina.
"Persepsi investasi di kawasan Asia akan dipengaruhi kelanjutan konflik di Taiwan," kata Bhima.
Selanjutnya, keputusan China untuk memberikan sanksi ke Taiwan dinilai menambah panjang deretan negara yang melakukan proteksi ekspor pangan. Sebab, sebelumnya ada 30 negara yang lakukan hal serupa dengan berbagai alasan.
Baca juga: Hubungan China dan Taiwan Memanas, RI Dinilai Bisa Lakukan Penetrasi Ekspor
Belum lagi kemungkinan perang dagang yang bisa kapan saja terjadi antara China dan Taiwan yang akan mempengaruhi pasokan semikonduktor sehingga menyebabkan biaya industri elektronik dan otomotif naik signifikan.
"Secara risiko kalau Taiwan dan China jadi perang dagang maka eskalasi konflik akan mempengaruhi pasokan semikonduktor sehingga penjualan mobil di Indonesia bisa tertekan," ucap Bhima.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.