BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Bank DBS Indonesia

Atasi Sampah Organik, Bank DBS Indonesia dan Kebun Kumara Hadirkan Layanan Kompos Kolektif

Kompas.com - 10/08/2022, 15:12 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Sampah organik menjadi masalah serius yang harus segera diatasi.

Dilansir dari laman menlhk.go.id, gas metana yang dihasilkan sampah organik dapat mengurangi kadar oksigen pada atmosfer bumi hingga 19,5 persen sehingga menjadi salah satu pemicu pemanasan global.

Sementara itu, menurut laporan International Energy Agency (IEA) pada 2022, gas metana menjadi salah satu kandungan gas rumah kaca yang bertanggung jawab sekitar 30 persen terhadap kenaikan suhu udara global sejak revolusi industri.

Bila masalah tersebut terus dibiarkan, para peneliti dari Universitas McGill pun memprediksi ambang batas untuk pemanasan yang berbahaya akan terjadi antara 2027-2042.

Maka dari itu, edukasi terkait urgensi pengurangan sampah organik penting dilakukan demi mencegah kerusakan lingkungan yang lebih besar.

Baca juga: Industri Berkelanjutan Diprediksi Tumbuh Pesat, Bank DBS Ajak Nasabah Investasi Sektor ESG

Salah satu lembaga perbankan di Tanah Air, Bank DBS Indonesia, berinisiatif menyediakan solusi atas permasalahan sampah organik dengan memberikan berbagai program.

External Communications Group Strategic Marketing and Communications Bank DBS Indonesia Rifka Suryandari mengatakan, pihaknya menyediakan beberapa program untuk mengurangi limbah makanan, salah satu penyumbang sampah organik, seperti “Towards Zero Food Waste” dan #MakanTanpaSisa.

“Gerakan Kompos Kolektif dilakukan Bank DBS Indonesia bersama Kebun Kumara merupakan program perpanjangan dari kampanye #MakanTanpaSisa sekaligus untuk merespons antusiasme masyarakat terhadap gerakan tersebut,” ujar Rifka Suryandari, External Communications Group Strategic Marketing and Communications Bank DBS Indonesia dalam wawancara dengan Kompas.com, Jumat (5/8/2022).

Rifka menyampaikan, pihaknya menyediakan beberapa program untuk mengurangi limbah makanan, salah satu penyumbang sampah organik melalui kampanye “Towards Zero Food Waste” atau #MakanTanpaSisa.

Baca juga: Bank DBS Indonesia Kelola Minyak Jelantah Jadi Produk yang Bermanfaat

Makan Tanpa Sisa Sulit, Kompos Solusinya

Sebagai informasi, Kompos Kolektif adalah program layanan masyarakat berupa pengolahan sisa makanan menjadi pupuk kompos. Pengomposan sampah organik dilakukan melalui teknik biokonversi sampah dari black soldier fly (BSF).

Lewat program Kompos Kolektif, lanjut Rifka, Bank DBS Indonesia ingin mengedukasi sekaligus melayani masyarakat agar lebih memahami dampak serius dari sampah sisa makanan.

Tak hanya itu, program tersebut juga hadir untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin membuat kompos dari sisa makanan, tapi terhalang oleh berbagai kondisi, salah satunya keterbatasan lahan.

Melalui upaya tersebut, Bank DBS Indonesia berharap dapat menekan jumlah makanan yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

“Jujur, makan tanpa sisa itu kan memang hal yang sulit karena ada beberapa makanan yang memang tidak bisa dihabiskan, seperti tulang. Selain itu, bagi yang tinggal di apartemen, mengomposkan sisa makanan jelas menantang jika lahan terbatas. Namun, kami juga tak ingin sisa makanan tersebut berakhir di TPA karena bisa menimbulkan metana,” terang Rifka.

Baca juga: Tidak Sulit, Proses Pembuatan Pupuk Kompos dari Sampah Organik

Rifka menambahkan, dengan mengomposkan sisa makanan, seseorang juga telah berperan dalam memerangi pemanasan global.

“Selama ini, isu yang sering dibahas dari penyebab perubahan iklim didominasi penggunaan energi. Padahal, sisa makanan juga berkontribusi besar. Hal tersebutlah yang saat ini kami coba fokuskan,” katanya.

Selain kompos, Rifka berharap, masyarakat dapat melakukan sejumlah upaya untuk meminimalisasi sisa makanan, seperti menggunakan bahan makanan dengan bentuk fisik tak sempurna (imperfect food), membeli makanan secukupnya, dan membuat perencanaan menu memasak (food planning).

Kesamaan Visi dan Misi

Dalam mengedukasi masyarakat, Rifka mengakui bahwa Bank DBS Indonesia tak bisa melakukan hal tersebut sendirian. Oleh karena itu, pihaknya berkolaborasi dengan berbagai pihak agar upaya menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dapat berjalan baik.

“Kami menggandeng Kebun Kumara karena visi dan misi yang mereka miliki itu sejalan dengan komitmen Bank DBS Indonesia. Kebun Kumara berfokus ke lingkungan dan pelestarian alam. Menurut kami, ini sangat cocok. Terlebih, mereka punya kelas edukasi untuk mengomposkan sisa makanan. Itu pula yang sedang kami lakukan saat ini,” tutur Rifka.

Rifka melanjutkan, materi yang diajarkan Kebun Kumara lewat Kompos Kolektif penting diaplikasikan oleh masyarakat, terutama dalam lingkup rumah tangga. Pasalnya, rumah tangga merupakan salah satu penyumbang sampah organik terbesar.

“Berbeda dengan restoran, rumah tangga umumnya tidak memiliki sistem pengolahan sampah yang tertata. Untuk mengedukasi hal tersebut, kami memulainya dari lingkup internal dulu. Jadi, kami menjemput bola dengan meminta pihak Kebun Kumara untuk memberikan edukasi kepada karyawan Bank DBS Indonesia,” ucapnya.

Co-Founder Kebun Kumara Siti Soraya Cassandra saat memberikan edukasi seputar pembuatan kompos. Dok. Kompas.com/Erlangga Satya Co-Founder Kebun Kumara Siti Soraya Cassandra saat memberikan edukasi seputar pembuatan kompos.

Pada kesempatan sama, Co-Founder Kebun Kumara Siti Soraya Cassandra mengapresiasi kerja sama antara pihaknya dan Bank DBS Indonesia. Menurutnya, sinergi ini bisa memperkenalkan gaya hidup berkelanjutan pada masyarakat.

“Pada program Kompos Kolektif, kami berupaya mengajak masyarakat untuk dapat memilah sampah organik dan anorganik dari rumah masing-masing. Kami juga memberikan edukasi tentang cara mengolahnya agar menjadi kompos. Kami berharap, masyarakat yang berkontribusi mengurangi sampah makanan ke TPA jadi lebih banyak. Jadi, kita dapat mewujudkan #ZeroToLandfill.” ujar Sandra.

Dengan membayar iuran Rp 100.000 per bulan, masyarakat yang mengikuti program Kompos Kreatif, tambah Sandra, akan mendapatkan sejumlah pelayanan, seperti pengangkutan sampah rumah sebanyak empat kali, penyediaan kantong sampah beserta laporannya, dan media tanam dari hasil olahan sampah makanan yang dikirimkan setiap tiga bulan sekali.

#MakanTanpaSisa Memberi Dampak pada Lingkungan dan Masyarakat

Head of Group Marketing Strategic and Communications Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, kerja sama dengan Kebun Kumara merupakan wujud tanggung jawab perusahaan dalam menjalankan bisnis berkelanjutan. Dengan demikian, perusahaan dapat menciptakan dampak jangka panjang, baik bagi masyarakat maupun lingkungan.

“Prinsip kami dalam menjalankan bisnis adalah menjadi bank yang berbeda. Kami fokus untuk menjalankan bisnis dengan agenda berkelanjutan. Kami percaya bahwa semua pihak perlu mengubah cara pandang terhadap konsumsi dan produksi agar meminimalisasi risiko,” ujar Mona.

Mona menambahkan, aliansi dengan pelaku industri dan organisasi pegiat lingkungan dinilai sejalan dengan inisiatif #MakanTanpaSisa yang hadir untuk meningkatkan kesadaran akan risiko limbah makanan.

Bank DBS Indonesia berharap, upaya yang mereka lakukan terkait sustainability dapat menciptakan dampak jangka panjang, baik bagi masyarakat maupun lingkungan. Dok. Kompas.com/Erlangga Satya Bank DBS Indonesia berharap, upaya yang mereka lakukan terkait sustainability dapat menciptakan dampak jangka panjang, baik bagi masyarakat maupun lingkungan.

“Bekerja sama dengan wirausaha sosial seperti Kebun Kumara juga merupakan fokus dari pilar keberlanjutan Creating Social Impact Beyond Banking. Kami juga mengajak karyawan Bank DBS Indonesia berpartisipasi dalam program ini agar dapat memperluas dampak positif yang dihasilkan,” jelas Mona.

Sebagai informasi, sejak diluncurkan pada 2020, gerakan #MakanTanpaSisa dari Bank DBS Indonesia berhasil menyelamatkan lebih dari 43 ton makanan agar tak berakhir di TPA.

Adapun pada 2021, gerakan tersebut berhasil menyelamatkan sekitar 20 ton makanan. Untuk 2022, Bank DBS Indonesia menargetkan sumbangan food impact sebesar 26 ton. Gerakan ini akan terus dilakukan dan dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat mengurangi limbah sisa makanan.

“Tak hanya itu, untuk memperluas dampak positif yang diberikan, Bank DBS Indonesia turut mengimbau karyawan agar ikut dalam kegiatan sukarela perusahaan, seperti People of Purpose Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation,” terangnya.

Melalui upaya tersebut, Bank DBS Indonesia berharap dapat menciptakan dunia yang lebih baik sekaligus memberikan akses beragam kepada wirausaha sosial.

Akses tersebut di antaranya adalah menyediakan pelatihan keterampilan dan pengembangan kapasitas, membuka kesempatan membangun jaringan, serta membuka peluang bisnis melalui berbagai program dan kanal.

Untuk diketahui, kiprah Bank DBS Indonesia melalui kegiatan sosial #MakanTanpaSisa dan wirausaha sosial telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, seperti Best Pandemic PR Program pada MIX PR Awards 2022 dan Outstanding Program in Encourage Social Entrepreneurship and Community Impact pada Indonesia CSR Award 2022.

Adapun program #MakanTanpaSisa merupakan salah satu pilar sustainability dari Bank DBS Indonesia, yakni kampanye Creating Impact Beyond Banking.

Untuk informasi lebih lanjut tentang berbagai program berkelanjutan dari Bank DBS Indonesia, silakan kunjungi tautan berikut atau ikuti akun Instagram @dbsbankid.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com