Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Komang Kirtania, Lestarikan Wayang Kamasan hingga Raup Omzet Rp 20 Juta

Kompas.com - 11/08/2022, 18:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Usia terbukti tidak menjadi halangan seseorang untuk berkarya. Di usia yang sudah tidak muda lagi, seniman asal Klungkung, Bali ini justru punya rasian yang yang lebih besar, melestarikan lukisan wayang kamasan.

Senimal asal Bali, Komang Kirtania mendirikan Kirtania Wayang Kamasan sebagai wadah untuk melestarikan lukisan wayang kamasan yang telah menjadi warisan turun temurun.

"Wayang kamasan ini merupakan warisan leluhur turun-temurun yang harus dijaga karena anak-anak muda banyak yang mulai tidak tertarik atau tidak berminat untuk menjadi pelukis. Kirtania melihat bahwa harus ada anak muda yang melihat peluang ini dengan memberikan tempat agar warisan budaya ini tetap terjaga dan ada regenerasi," ungkapnya dalam siaran pers, dikutip Kamis (11/8/2022).

Komang bercerita, ketika pertama didirikan, jumlah pelukis awalnya hanya empat orang saja pada tahun 2017. Namun, saat ini sudah 18 orang yang bergabung dengan rentang usia 60-70 tahun.

Baca juga: Kisah Sukses Yudhi, Bangun Bisnis Gula Semut dari Nol, yang Ternyata Kebal Pandemi

Dia menambahkan, awal mulanya para pelukis ini tidak mau untuk melakukan hal tersebut. Namun, lama-kelamaan karena melihat progres penjualan yang menjanjikan, mereka pun jadi tertarik.

"Produk lukisan yang kami hasilkan antara lain keben yang digunakan untuk upacara adat, kipas tangan untuk salon, totebag, dan suvenir dengan bahan baku dari bambu dari Kabupaten Bangli dan Kabupaten Buleleng," ujar Komang.

Melukis wayang kamasang pun rupanya telah berubah dari masa ke masa. Dari dulunya menggunakan batu alam, saat ini menggunakan akrilik.

Komang bercerita, omzet dari hasil penjualan lusikan wayang kamasan mencapai Rp 20 juta per bulan. Sedangkan, harga yang dipatok berkisar dari Rp 75.000 untuk produk kipas bambu, sampai di atas Rp 10 juta untuk lukisan.

Beragam produk mereka pun sudah dapat dibeli oleh masyarakat luas di marketplace yakni Shopee.

Kendala dan tantangan terberat yang dialami oleh mereka ialah kekurangan sumber daya manusia. Padahal permintaan untuk produk mereka sangat banyak.

"Ke depan saya berharap untuk membuat sanggar lukis guna menjaga keberlangsungan dan punya regenerasi sumber daya manusia," tuturnya.

Di tempat yang sama, Suzana Teten Masduki mewakili Bidang Pendanaan Dekranas Indonesia menambahkan, agar ada diversifikasi produk, perlu dilakukan pelatihan teknikal terhadap tahap akhir dari produk tersebut.

"Hal ini perlu dilakukan agar tampilan produk tidak biasa saja, bisa lebih cantik dan menarik serta rapi. Jadi harus diperbaiki kualitas sehingga harga juga bisa bersaing," ucap Suzana.

Suzana menekankan para pelaku UKM sektor kriya ini membutuhkan pelatihan penjualan online. Hal ini karena sulitnya para perajin untuk onboarding digital di antaranya saat membuat landing page.

Sementara itu, Direktur Bisnis dan Pemasaran Smesco Wientor Rah Mada menegaskan, Smesco Indonesia sebagai salah satu BLU yang bertugas sebagai Lembaga Layanan Pemasaran KUKM selalu berupaya membuka akses pasar seluas-luasnya bagi produk UKM.

Baca juga: Kisah Sukses Nila, Keluar Kerja untuk Bisnis Ecoprint sampai Kolam Lele

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com