Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Harga Gandum Meningkat, Komisi IV Dukung Kementan Perluas Substitusi Pangan Lokal dengan Sorgum

Kompas.com - 13/08/2022, 19:21 WIB
Dwi NH,
Sheila Respati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Muhammad Syafrudin memberikan respons positif terkait upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan perluasan substitusi bahan pangan lokal sorgum.

Menurutnya, substitusi tersebut merupakan langkah tepat karena sorgum adalah kebutuhan pokok yang bisa menjadi pengganti gandum.

"Saat ini pembicaraan (soal peningkatan harga) gandum sedang hangat di kalangan masyarakat. Itu semua karena dampak perang Rusia yang belum juga usai. Nah, di sisi lain pemerintah sangat tepat melakukan penanaman. Saya kira ini perlu diapresiasi," ujar Syafrudin dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (13/8/2022).

Ia mengungkapkan bahwa sorgum, sagu, dan singkong bisa dijadikan sebagai bahan tepung-tepungan.

Baca juga: Ketahui, Ini Karakteristik Tanaman Sagu

Dari sisi kualitas gizi dan kandungan nutrisi untuk kesehatan tubuh, sebut Syafrudin, sorgum juga lebih unggul karena diklaim tanpa mengandung zat aloksan yang bisa menyebabkan diabetes.

"Nah, saya dengar sorgum, singkong dan sagu memiliki kandungan kesehatan yang lebih besar. Dan kalau ini benar, maka sudah saatnya Indonesia mulai mengembangkanya. Tentu Komisi IV akan terus mendukungnya," katanya.

Menurut Syafrudin, substitusi gandum dengan sorgum bisa menjadi alternatif yang baik untuk kesehatan.

Apalagi, imbuh dia, tingkat konsumsi gandum juga terbilang tinggi, terutama yang berkaitan dengan produk olahan.

Baca juga: Sandiaga Dorong Warga Kubu Raya Tingkatkan Penghasilan Lewat Produk Olahan Lidah Buaya

Perlu ada sosialisasi masif

Sebelumnya, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Tauhid mendukung penuh kebijakan Kementan untuk memperkuat substitusi pangan lokal sebagai pilar kekuatan bangsa Indonesia.

"Saya mendukung kebijakan (diversifikasi pangan lokal) tersebut karena sangat bagus untuk memperkuat ketahanan pangan kita. Akan tetapi, menurut saya kalau dijadikan pengganti dalam skala besar seperti industry, perlu ada sosialisasi yang masif dari pemerintah," ujarnya.

Tauhid menilai, diversifikasi pangan seperti sorgum dan sagu sangat bagus untuk mengurangi ketergantungan dengan pangan utama, seperti beras dan gandum.

Baca juga: Cicipi Kuliner Sorgum Kreasi SMK PGRI 2 Kudus, KSP Moeldoko: Rasanya Enak dan Punya Nilai Jual

Meski dirasa baik, kata dia, diversifikasi pangan tersebut memerlukan kajian yang komprehensif dan harus menghitung berapa besar pangsa pasar dan kebutuhanya.

"Kalau sekadar karena bagian dari tepung tepungan, misal gandum, saya yakin bisa. Cuma testing pasarnya harus dilihat kembali berapa persen substitusinya. Kenapa? karena pasarnya belum tahu dan tren penggunaanya untuk apa saja," jelas Tauhid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com