Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendaraan Listrik Kian Diminati

Kompas.com - 19/08/2022, 18:50 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah terus mendorong penggunaan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon. Untuk itu, pemerintah gencar memberikan kemudahan-kemudahan atau benefit bagi masyarakat yang beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik.

Executive Vice President Pemasaran dan Pengembangan Produk PLN Hikmat DrajatAstrid mengatakan, pihaknya terus mendorong adopsi kendaraan listrik. Di sisi lain, ia juga memastikan infrasktruktur, seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) tersedia di SPBU.

“Kalau kita berbicara kendaraan listrik secara peminat sudah mulai tumbuh, tapi bayangkan kalau listriknya tidak ada, bagaimana mobil itu bisa jalan. Tentunya PLN berkewajiban menyediakan listriknya,” ujar Hikmat rangkaian acara Kompasfest Jumping on the Green-wagon: Preserving Our Future with Electric Vehicles, Jumat (19/8/2022).

Baca juga: Bulog Pastikan Stok Beras Aman hingga Akhir 2022

Hikmat menyebutkan, saat ini kondisi kelistrikan di Indonesia mengalai oversupply dan overcapacity, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan kehabisan listrik saat melakukan charging kendaraan listrik di rumah.

Hal ini sejalan dengan program pemerintah dalam membangun 35.000 pembangkit listrik. Pembangkit listrik tersebut saat ini sudah mulai beroperasi, sehingga bisa diakselerasi dengan program transisi energi di Indonesia.

“Kalau melihat history 5 tahun ke belakang, ada program pemerintah membangun 35.000 pembangkit listrik yang saat ini sudah mulai beroperasi. Keuntungan itulah saatnya mengakselerasi. Kalau kita punya mobil listrik di rumah jangan pernah khawatir kehabisan listrik, karena listriknya kapasitasnya cukup,” ujar dia.

Baca juga: Dikabarkan Bakal Naik, Cek Harga BBM Saat Ini

Selain itu, PLN juga memastikan SPKLU bisa beroperasi dengan baik, ketika menggunakan mobil listrik di luar rumah. Hal ini juga dilakukan uji coba, dengan touring dari Jakarta-Surabaya-Bali beberapa waktu lalu.

Dia bilang kondisi mobil listrik saat dilakukannya touring tersebut aman, dan tidak kehabisan baterai. Hal ini menjawab kekhawatiran yang selama ini berkembang di masyarakat, tentang bagaimana jika mobil listrik mengalami kehabisan daya baterai.

“Kami sudah melakukan touring dengan mobil listrik berbagai merek. Ini menjawab kekhawatiran selama ini, bagi masyarakat yang wait and see. Jadi mungkin ini dari sisi pricing (harga), bukan dari halnya kekurangan listrik, karena listriknya sudah berlebih,” kata Hikmat.

Baca juga: Bulog: Sebenarnya Indonesia Berpeluang Besar untuk Ekspor Beras, Tapi...

PLN juga memberikan diskon bagi masyarakat yang melakukan pengisian kendaraan listrik di rumah dari mulai 25 persen hingga 30 persen pada pukul 22.00 – 05.00.

Head of Marketing Department PT. Hyundai Motor Indonesia (HMID) Astrid Ariani Wijana mengatakan, dalam 6 bulan terakir kendaraan listrik produksi Hyundai, seperti Kona, Ioniq, dan Ioniq 5 menguasai 91 persen segmen kendaraan listrik.

“Jadi memang terlihat sekali peningkatan pesat terhadap adopsi kendaraan listrik, yang kami lakukan untuk mentriger adalah dengan edukasi. Kami juga ingin melakukan terobosan dan aktif membangun infrastrukturnya. Kami juga mendukung program untuk mempercepat elektrifikasi itu,” ungkap Astrid.

Ridwan Hanif Rahmadi, YouTuber otomotif Indonesia menilai, saat ini memang sudah mulai terjadi kenaikan pembelian kendaraan listrik. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan supply yang mencukupi, sehingga ketika melakukan pemesanan, maka konsumen harus menunggu beberapa waktu karena produksi masih kecil.

“Dari supply dan demand, saat ini lebih banyak demand-nya. Kita mau pesan mobil listrik pesannya cukup lama, banyak yang memesan, tapi produknya enggak sebanyak itu. Karena banyak benefit yang ditawarkan, sehingga orang pengen mencoba. Di Jakarta misalnya, mobil listrik bisa melewati kawasan ganjil genap karena mobil listrik ramah lingkungan, dan kalau berkendara di kawasan tersebut tidak menyumbang polusi,” ujar Ridwan.

Baca juga: Luhut: Industri Sawit Kungfunya Banyak Sekali

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Whats New
Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Whats New
Nasabah Kaya Perbankan Belum 'Tersengat' Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nasabah Kaya Perbankan Belum "Tersengat" Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Whats New
Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Work Smart
Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Tomat Mahal

Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Tomat Mahal

Whats New
Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar, Bank DKI Diapresiasi Pemprov Jakarta

Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar, Bank DKI Diapresiasi Pemprov Jakarta

Whats New
Kadin Sebut Ekonomi RI Kuat Hadapi Dampak Konflik di Timur Tengah

Kadin Sebut Ekonomi RI Kuat Hadapi Dampak Konflik di Timur Tengah

Whats New
Rupiah Tembus Rp 16.100, Menko Airlangga: karena Dollar AS Menguat

Rupiah Tembus Rp 16.100, Menko Airlangga: karena Dollar AS Menguat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com