Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BSI Bakal Right Issue, Dananya untuk Akuisisi Unit Usaha Syariah BTN?

Kompas.com - 22/08/2022, 11:00 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI dengan kode emiten BRIS menambah tebal permodalannya dengan menerbitkan 6 miliar saham baru melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, ada kemungkinan dana rights issue tersebut akan digunakan untuk mengakuisisi unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

“BRIS belum ketahuan jumlah dananya berapa. Kemungkinan ini akan dipakai untuk mengakuisisi UUS BTN,” kata Suria dalam siaran pers, Minggu (21/8/2022).

Baca juga: BI Diproyeksi Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya

Sebelumnya, rencana BSI mengakuisisi BTN Syariah mencuat seiring dengan pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir pada awal tahun ini. Dia berharap UUS BTN akan memperkuat posisi sekaligus memperbesar kapasitas BSI.

Konsolidasi ini merupakan visi pemerintah untuk terus mendorong penguatan ekonomi dan perbankan syariah melalui BSI. Dengan demikian BSI dapat memperbesar dan memperkuat posisinya dalam hal kapitalisasi pasar.

Konsolidasi itu, selain untuk memperkuat ekosistem layanan perbankan syariah di Tanah Air, juga sebagai amanat Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 59 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan UUS

Baca juga: IHSG Awal Sesi Merah, Sektor Ini Alami Koreksi Paling Dalam


BSI juga saat ini tengah menunggu untuk mengubah status dari anak usaha BUMN menjadi bank BUMN. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BSI pada Mei 2022, seluruh pemegang saham telah sepakat pemerintah Indonesia memiliki saham Seri A Dwiwarna di perseroan.

Sebelum Saham Seri A Dwiwarna masuk, pemegang saham BSI adalah Bank Mandiri (50,83 persen), BNI (24,85 persen), BRI (17,25 persen), dan publik (7,08 persen).

Peneliti ekonomi syariah Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan, langkah strategis ini dinilai akan memperluas bisnis BSI dan mendorong produk pembiayaan menjadi lebih murah sehingga memberi manfaat positif bagi konsumen.

Baca juga: IHSG Awal Sesi Merah, Sektor Ini Alami Koreksi Paling Dalam

“Dengan menambah modal, BSI akan memiliki bisnis yang lebih luas dan akan lebih mudah mendapatkan dana murah. Nah dampaknya ke konsumen, karena dana murah banyak dia (BSI) bisa bikin produk pembiayaan lebih murah. Konsumen diuntungkan kalau bank jadi buku IV,” kata Fauziah.

Fauziah menilai potensi bisnis BSI juga masih sangat luas. Salah satunya yaitu banyaknya masyarakat Indonesia yang belum memiliki rekening bank. Ceruk pasar tersebut sangat besar dan belum dioptimalkan oleh bank-bank yang ada saat ini.

Berdasarkan kinerja satu tahun pascamerger, BSI telah menunjukkan performa positif, baik dari sisi aset maupun kemampuan mencetak keuntungan. Per Desember 2021, laba bersih bank naik 38,42 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 3,03 triliun.

Baca juga: Mencari Barang Berharga yang Tersisa dari Gempa Sulteng

Pada periode yang sama, aset BSI juga naik 10,73 persen yoy menjadi Rp 265,29 triliun. Hal tersebut disokong oleh penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp 171,29 triliun atau naik sekitar 9,32 persen yoy.

Sementara itu, hingga kuartal I-2022, BSI menorehkan capaian positif dengan membukukan laba bersih mencapai Rp 987,68 miliar atau naik 33,18 persen secara yoy. BSI juga mampu mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 177,51 triliun atau tumbuh 11,59 persen yoy.

Capaian tersebut didukung pula pembiayaan sehat dengan rasio non performing financing (NPF) net sebesar 0,9 persen. Dari sisi aset, BSI saat ini berada di peringkat tujuh secara nasional sekaligus menjadi bank syariah terbesar di Indonesia.

Baca juga: Sandiaga Uno: Event Daerah akan Buka Peluang Usaha dan Menggeliatkan Ekonomi

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com