Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Inco Harper
Dosen Universitas Multimedia Nusantara

Dosen & Koordinator Konsentrasi Public Relations Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Pernah menjadi praktisi periklanan. Pencinta audiophile dan film-film hi-definition.

Menata Ulang Komunikasi Pemasaran untuk Konsumen Muslim

Kompas.com - 24/08/2022, 06:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAHUN 2018 saya cukup kaget ketika mengetahui bahwa Ogilvy – salah satu advertising agency global – telah memiliki Islamic Branding Bractice Ogilvy Noor sejak tahun 2010.

Yang cukup mengejutkan, Ogilvy Noor beroperasi di Dubai, Pakistan, Malaysia dan Inggris – bukan di Indonesia.

Padahal Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia (World Population Review, 2022).

Menurut Hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Indonesia adalah 270.203.917 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2021). Dari jumlah tersebut sebanyak 86,88 persen beragama Islam (Kusnandar, 2021).

Dengan jumlah tersebut, maka ekonomi berbasis syariah memiliki potensi yang besar dalam kontribusinya pada ekonomi nasional.

Setelah reformasi, ‘gairah beragama’ umat Islam di Indonesia semakin terlihat dan nyata. Terlihat dengan semakin banyaknya atribut pemasaran dan kegiatan ekonomi yang berbasiskan syariah atau prinsip Islam.

Sebenarnya kebangkitan kelompok Islam di Indonesia telah lahir sejak awal tahun 1980-an. Namun di masa Orde Baru, gerakan kelompok ini sangatlah dibatasi dan diawasi.

Pengalaman sosio-historis inilah yang kemudian menyebabkan reformasi menjadi titik lontar gerakan kelompok Islam – ditandai dengan munculnya banyak partai politik berbasis Islam.

Yuswohadi (2014) menyebutkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir pasar Muslim di Indonesia telah mengalami revolusi dengan terjadinya pergeseran perilaku secara mendasar.

Dalam konteks global, Temporal (2011) juga mengatakan hal senada bahwa umat Muslim dunia akan memilih yang “halal” dan menghindari lawannya yang “haram”.

Dalam aktivitas komunikasi pemasaran, kelompok Islam inilah yang kemudian dikelola sebagai konsumen Muslim – yang memiliki ciri-ciri khusus dalam hal komunikasi dan juga media yang digunakan.

Jauh sebelum maraknya produk-produk syariah, Indonesia telah memulai konsep perekonomian Islam dengan mulai berdirinya bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat, pada 1 November 1991 Masehi atau 24 Rabiul Akhir 1412 Hijriah (Bank Muamalat, 2016).

Pendirian Bank Muamalat diinisiasi oleh Majelis Ulama Indonesia dan Pemerintah Indonesia.

Beroperasinya Bank Muamalat pada tahun 1992 menjadi sebuah jawaban awal atas kegelisahan umat Islam tentang masalah dan hukum riba dalam bunga perbankan konvensional.

Industri perbankan dianggap memainkan peranan penting sebagai fasilitator aktivitas ekonomi Islam dan ekosistem industri halal (BSI - Bank Syariah Indonesia, 2022).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com