Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Jatuh Bangun Inri Lesmana Pertahankan Usaha Toko Kelontong

Kompas.com - 24/08/2022, 09:00 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi Inri Lesmana, yang merupakan salah satu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mengantongi Nomor Induk Berusaha (NIB) menjadi bagian dari perjalanannya membangun bisnis toko kelontong yang telah ia pelajari sejak kecil dari sang ayah.

Perjalanan bisnisnya merupakan cerita yang panjang dan penuh kenangan serta perjuangan. Ia ingat pertama kali hijrah dari Bogor ke Jakarta bersama sang ayah pada 2004 untuk membuka toko kelontong di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Saat itu, ayah Inri menjual sepeda motornya seharga Rp 6 juta untul modal awal toko kelontong. Setelah dua tahun berjalan, usaha toko kelontong berjalan lancar. Perekonomian keluarga juga membaik.

Baca juga: Sampoerna Dorong Digitalisasi UMKM Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Jadi Sopir

Dari situ, kata Inri, sang ayah bisa kembali membeli sepeda motor secara kredit serta memboyong ibu dan adik Inri ke Jakarta.

“Tahun 2009, kami beli tanah 40-50 meter, kemudian dibangun. Harganya waktu itu sekitar Rp 60 juta sampai Rp 70 juta. Tahun 2010, saya lulus SMA, kebetulan sempat cari kerja sana-sini, dan jadi sopir pribadi pejabat eselon 2. Jadi bapak-ibu fokus di toko, saya bekerja sebagai sopir pribadi," ujarnya ketika menerima NIB dari Kementerian Investasi, melalui keterangan tertulis, Rabu (24/8/2022).

Seiring berjalannya waktu, ayah dan ibu Inri memutuskan kembali ke Bogor dan membangun usaha di sana. Inri tetap meneruskan usaha toko kelontong orangtuanya di Lubang Buaya. Akan tetapi, ada beban kredit di bank yang ditinggalkan sang ayah. Ia pun berusaha melunasi utang-utang tersebut hingga tahun 2014.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Dunia Naik Lagi, Ini Sebabnya

“Jadi baru bisa menikmati hidup itu tahun 2014. Tahun 2015, saya memberanikan diri membeli mobil,” ungkap Inri.

Namun beban keuangan terasa berat bagi Inri karena harus menyisihkan biaya kebutuhan sekolah adiknya dan membayar kontrakan. Untuk itu, Inri pun sempat menjadi driver transportasi online selama setahun.

Pada akhirnya, ia memilih untuk menjual mobil tersebut dan menggunakan uang hasil penjualan mobil untuk membeli tanah seluas 50 meter di Bogor. Usaha toko kelontong di Bogor itu masih berjalan hingga sekarang.

Baca juga: Soal Pelabelan BPA, Produsen Didesak Transparan dan Dukung Regulasi BPOM

Tak hanya satu, Inri memiliki tiga toko kelontong di Kota Hujan itu, berkat perjuangan belasan tahun merintis dan mengembangkan usahanya. Pada 2017, Inri menjadi bagian dari UMKM binaan Sampoerna ketika bergabung ke dalam Sampoerna Retail Community (SRC).

Sebelum bergabung dengan SRC, Inri tak punya bayangan akan membesarkan usaha toko kelontongnya. Ketika bergabung dengan SRC, pemilik toko kelontong Bara Cafe ini mulai merapikan tokonya. Belajar pengelolaan dan penempatan barang-barang di toko, belanja menggunakan aplikasi, dan lain-lain.

Setelah bergabung dengan SRC, Inri "mempermak” tokonya menjadi lebih menarik. Ia juga mendapatkan pandangan yang berbeda dalam melihat kompetittor.

“Tadinya kita menganggap semua toko saingan, tapi ternyata kita dalam naungan yang sama (SRC). Dari situ malah asik, anggap semuanya rekan, kami sering berbagi informasi barang murah. Menambah kenalan, saudara, dan jaringan, saling membantu,” kata dia.

Baca juga: Renovasi TMII Capai 98 Persen, Halaman Anjungan Provinsi Bakal Tanpa Sekat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com