Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Telur Termahal Sepanjang Sejarah, Mendag: Enggak Seberapa, Jangan Diributkan

Kompas.com - 24/08/2022, 20:54 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga telur ayam ras naik lagi. Secara rata-rata nasional harga telur ayam ras naik jadi Rp 31.000 per kg.

Menurut Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN), harga telur ayam ras yang sudah di atas Rp 30.000 per kilogram (kg) itu, adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah republik ini berdiri.

Namun demikian, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meminta masyarakat untuk tidak meributkan harga telur ayam yang sudah meroket di atas Rp 30.000 per kg di sejumlah daerah.

Ia malah membandingkan harga telur ayam yang disebut pedagang tertinggi dalam sejarah itu dengan misi dagang yang berhasil dicapai dari India.

Baca juga: Gaya Hidup Mewahnya Disorot, Berapa Gaji Brigjen Hendra Kurniawan?

"Oh itu (harga telur ayam naik) enggak seberapa kok. Jangan diributkan yah," kata Zulhas, sapaan akrabnya, dikutip pada Rabu (24/8/2022).

Sementara itu, Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional mencatat, harga telur mencapai Rp 54.000 per kg di Merauke Papua, atau yang paling mahal di Tanah Air.

Bantahan Mendag

Sementara saat menghadiri Rapat Kerja Komisi VI DPR, Zulhas membantah harga telur ayam merupakan yang paling mahal dalam sejarah Indonesia. Dia bilang harga telur paling tinggi yaitu ketika dia resmi menjabat menjadi Menteri Perdagangan.

"Ndak, waktu saya baru jadi menteri Rp 32.000 (per kg)," kata Zulhas.

Di kesempatan lain, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Luktio mengatakan, harga telur naik saat ini cukup dirasakan dampaknya oleh industri makanan dan minuman (mamin) yang skala kecil.

Sebab dijelaskan Adhi, industri mamin skala kecil biasanya membeli stok bahan baku bersifat harian sehingga ketika ada beberapa bahan baku yang naik tiba-tiba seperti telur membuat mereka tidak kuat bertahan.

Baca juga: Kata Sri Mulyani, bila Harga BBM Tidak Naik, ABPN Bengkak Nyaris Rp 700 Triliun

"Industri kecil daya tahannya rendah. Mereka bahan baku beli harian atau mingguan. Bukan kayak yang besar ada inventory berbulan-bulan, jadi kalau industri kecil kalau bahan baku tiba-tiba naik, mereka enggak kuat," ujarnya di Jakarta.

Oleh karena itu, lanjut dia, agar tetap bisa bertahan, tidak sedikit pemain industri mamin berskala kecil menurunkan size penggunaan komposisi telur. Bahkan tidak sedikit juga yang memilih untuk menaikan harga jual ke konsumen.

"Sama kayak tempe, kalau kedelai naik yah mereka menurunkan size jual jadi setengah, terus ada juga yang punya strategi harganya (ke konsumen) naik. Sama kayak telur gitu juga," kata Adhi.

Para peternak menduga kenaikan harga telur salah satu faktornya disebabkan oleh program bantuan sosial (bansos) berbentuk bagi-bagi telur dari Kementerian Sosial (Kemensos).

Baca juga: Syarat Bikin SKCK, Biaya, dan Tahapannya di Kantor Polisi ataupun Online

Faktor lainnya, ia menduga kenaikan harga telur ayam terjadi karena harga pakan yang naik imbas perang Rusia-Ukraina.

Faktor cuaca juga turut mempengaruhi harga telur. Soalnya, selama musim pancaroba beberapa waktu lalu banyak ayam sakit dan produksi telur menurun.

(Penulis: Elsa Catherina | Editor: Akhdi Martin Pratama, Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com