Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Melambat, Pendapatan Perusahaan China Tergerus

Kompas.com - 03/09/2022, 08:02 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber CNN

HONG KONG, KOMPAS.com - Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan China tengah tertekan, seiring dengan melambatnya roda perekonomian negara tersebut. Kebijakan pembatasan dan aturan ketat Covid-19 disertai fenomena krisis properti yang terjadi telah berdampak terhadap kinerja perusahaan tercatat di Negeri Tirai Bambu.

Dilansir dari CNN, Sabtu (3/9/2022), lebih dari 4.800 perusahaan tercatat di Shanghai, Shenzhen, dan Beijing telah melaporkan hasil kinerja keuangan paruh pertama tahun 2022. Dan hasilnya cukup mengkhawatirkan.

Mengacu kepada data dua raksasa penyedia jasa informasi keuangan di China, sekitar 53 perusahaan yang tercatat di bursa efek mengalami penyusutan laba bersih. Angka tersebut hampir sama buruknya dengan kondisi awal merebaknya Covid-19, yakni pada 2020, di mana pada tahun tersebut 54 persen perusahaan tercatat melaporkan penurunan laba bersih dalam kurun waktu satu semester.

Baca juga: Menkeu AS: Ekonomi Melambat, tetapi Resesi Bukannya Tak Bisa Dihindari...

Namun demikian, jumlah perusahaan yang mencatatkan kerugian pada paruh pertama tahun ini lebih banyak dari 2020. Tercatat pada periode 6 bulan pertama 2022, hampir 900 perusahaan tercatat mengalami kerugian, sementara pada 2020 hanya mencapai sekitar 780 perusahaan.

Menyusutnya pendapatan dan laba bersih perusahaan di negara dengan perekonomian terbesar kedua itu tentu akan berimbas kepada banyak negara lain. Pasalnya, perusahaan-perusahaan China merupakan pembeli besar komoditas, teknologi, dan produk lainnya.

"Kita telah melihat dampaknya. Harga minyak dan komoditas energi lainnya mulai turun dan pesanan pabrik semikonduktor juga mulai melambat," ukar Chief Economist Asia Pacific Natixis, Alicia Garcia Herrero, dikutip Sabtu.

Baca juga: Jokowi: Kondisi Ekonomi Dunia 2022 Sulit, Tahun Depan Gelap...

Tertekannya kinerja keuangan perusahaan China dinilai tidak terlepas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu. Terganggunya rantai pasok akibat kebijakan pengetatan pemerintah telah berdampak terhadap arus kas keuangan perusahaan.

Chief China Economist Macquarie Group Larry Hu menilai, tertekannya pendapatan perusahaan sendiri sebenarnya merefleksikan kondisi perekonomian Beijing. Ini diperparah dengan krisis properti di China.

"Buruknya kinerja keuangan mencerminkan perlambatan eknmi, yang disebabkan oleh anjloknya harga real estate, Covid-19 yang kembali memburuk, dan perlambatan perekonomian global," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Naik Selama Ramadan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com