Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Mentah Dunia Turun, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 14/09/2022, 08:37 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak dunia mengalami penurunan pada perdagangan hari Selasa (13/9/2022). Pergerakan harga minyak dunia dibayangi oleh pengumuman data inflasi AS yang menjadi tolak ukur pada kebijakan suku bunga Federal Reserve selanjutnya.

Mengutip CNBC, harga minyak berjangka Brent kontrak November mengalami penurunan 0,8 persen menjadi 93,17 dollar AS per barrel. Sementara itu, WTI turun 0,5 persen menjadi 87,3 dollar AS per barrel.

Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan kenaikan indeks harga konsumen 0,1 persen bulan Agustus, atau tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan Juli lalu. Para pejabat The Fed juga melakukan pertemuan pada Selasa dan Rabu pekan depan untuk membahas target inflasi 2 persen.

Baca juga: Banggar DPR Usulkan Daya Listrik 450 VA Dihapus, Ini Alasannya

"The Fed mungkin harus menaikkan suku lebih cepat dari yang diharapkan. Hal ini dapat menyebabkan sentimen 'risk back off' pada minyak mentah dan penguatan lebih lanjut terhadap dolar," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Minyak mentah yang pada umumnya dihargai dalam dollar AS, membuat greenback yang lebih kuat dimana harga komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang selain Dollar AS. Di sisi lain, pembatasan Covid-19 di China, mengakibatkan penurunan permintaan.

Jumlah perjalanan yang diambil selama liburan Festival Pertengahan Musim Gugur tiga hari di China mengalami penurunan, dengan pendapatan pariwisata yang juga turun. Berdasarkan data resmi pembatasan Covid-19 mendorong masyarakat enggan melakukan wisata.

Sementara itu, kekhawatiran atas persediaan yang lebih ketat masih membayangi pasar. Morgan Stanley mengatakan, meskipun persediaan minyak cukup ketat, namun diimbangin oleh permintaan saat ini.

"Prospek struktural pasar minyak tetap ketat, tetapi untuk saat ini diimbangi oleh tantangan permintaan," kata Morgan Stanley.

Baca juga: Indonesia Gelar G20 OSH di Bali, Bahas Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS mengalami penurunan 8,4 juta barrel menjadi 434,1 juta barrel pekan lalu. Berdasarkan data pemerintah yang dirilis Senin kemarin, posisi ini merupakan yang terendah sejak Oktober 1984.

Bloomberg menyebut, AS akan mulai mengisi ulang SPR ketika harga minyak mentah mengalami penurunan di bawah 80 dollar AS per barrel. Sementara itu, stok minyak komersial AS diperkirakan telah meningkat 800.000 barrel pekan lalu.

"Kami tetap konstruktif pada harga minyak meskipun tantangan terhadap permintaan meningkat, karena sisi pasokan tetap mendukung, dengan pertumbuhan output AS yang lebih lambat dari perkiraan dan OPEC+ yang proaktif," kata analis energi di Barclays, Amarpreet Singh.

Prospek untuk kebangkitan kembali kesepakatan nuklir Barat dengan Iran masih redup. Jerman menyatakan penyesalannya pada hari Senin bahwa Teheran tidak menanggapi secara positif proposal Eropa untuk menghidupkan kembali perjanjian 2015.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kesepakatan tersebut tidak akan mungkin terjadi dalam waktu dekat.

Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau OPEC pada hari Selasa mempredksi, pertumbuhan permintaan minyak global semakin kuat pada tahun 2022 dan 2023. Hal ini karena didukung oleh tanda-tanda ekonomi yang mulai pulih, meskipun ada hambatan seperti lonjakan inflasi.

Baca juga: Lowongan Kerja Anak Usaha BUMN, Cek Persyaratnnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com