JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,37 persen ke level 7.305,60 pada sesi perdagangan Kamis (15/9/2022) kemarin. Indeks saham nasional terus bergerak di zona hijau kemarin, bahkan sempat menyentuh all time high 7.377,49.
Penguatan IHSG mengekor bursa regional Asia, mulai dari Nikkei, Hang Seng Hong Kong, dan Straits Times. Selain itu, pada sesi perdagangan Rabu (14/9/2022) waktu setempat, indeks-indeks bursa saham AS juga kompak ditutup menguat.
“Di sisi lain, data neraca perdagangan mencatatkan surplus 5.76 miliar dollar AS yang juga mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Analis Artha Sekuritas, Dennies Christopher, dalam risetnya, Kamis.
Baca juga: Sempat Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa, IHSG Ditutup Hijau Hari Ini
Namun demikian, pada sesi perdagangan Jumat (16/9/2022) hari ini, IHSG diproyeksi melemah. Secara teknikal, Ia menyebutkan, candlestick membentuk lower high dan shooting star.
“Sehingga mengindikasikan potensi pelemahan,” katanya.
Lebih lanjut Ia bilang, pada sesi perdagangan hari ini level support IHSG akan bergerak pada rentang 7.281-7.257. Adapun resistance pada rentang 7.353-7.401.
“Jelang akhir pekan investor akan mencermati data tenaga kerja AS serta data retail sales. Di sisi lain, dari dalam negeri akan minim sentimen sehingga pergerakan akan cenderung terbatas,” tutur Dennies.
Baca juga: IHSG Sesi I Ditutup Menguat 1,17 Persen, BMRI Sentuh All Time High
Senada, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya memprediksi, IHSG akan bergerak cenderung melemah hari ini. Indeks saham diproyeksi bergerak pada rentang 7.189-7.382.
Menurutnya, jelang akhir pekan, pergerakan IHSG kembali menunjukkan pola tekanan jangka pendek. Namun demikian Ia menilai momen tersebut dapat dijadikan peluang akumulasi yang dapat dimanfaatkan oleh investor jangka menengah maupun panjang, mengingat jangka panjang IHSG masih berada dalam jalur uptrend.
“Hari ini IHSG berpotensi melemah,” ucap dia.
Baca juga: Saham Bank Mandiri Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Sejarah, Ini Penyebabnya
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.