Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru Sehari Dilantik, Presiden Kenya Langsung Cabut Subsidi BBM

Kompas.com - 16/09/2022, 21:29 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Ada-ada saja yang dilakukan Presiden Kenya yang baru, William Ruto. Baru sehari menjabat sebagai orang nomor satu di negara itu, ia langsung mengambil kebijakan kontroversial.

Sehari usai dilantik, ia mengumumkan pencabutan subsidi besar-besaran yang berimbas pada kenaikan harga BBM. Keputusan itu pun langsung menuai protes rakyat negara itu.

Dilansir dari Reuters pada Jumat (16/9/2022), dalam pidatonya, Ruto menyatakan bahwa subsidi BBM membuat anggaran negara sangat terbebani. Terlebih, banyak subsidi BBM disalahgunakan.

Pasca-pidato Ruto, otoritas yang mengurusi energi dan minyak di negara itu langsung mengumumkan kenaikan harga baru BBM jenis bensin, solar, dan minyak tanah.

Baca juga: Membandingkan Harga BBM Nonsubsidi Pertamina RI Vs Petronas Malaysia

Menurut pemerintah Kenya, setelah pencabutan subsidi, harga bensin naik 13 persen dari harga bulan lalu. Berikutnya harga solar naik 18 persen, dan minyak tanah melonjak 16 persen.

Meski demikian, pemerintah Kenya sebenarnya masih memberikan sedikit subsidi untuk BBM jenis solar dan minyak tanah, karena dikhawatirkan harganya bisa melambung sangat tinggi.

Hanya bensin yang subsidinya dicabut total. Para analis memperkirakan bakal ada inflasi tinggi hingga mencapai 8,5 persen di bulan ini.

Sebagaimana sejumlah negara di dunia, Kenya menjadi salah satu negara yang sangat terdampak dari kenaikan harga minyak global.

Baca juga: Bak Bumi dan Langit, Membandingkan Laba Pertamina Vs Petronas Malaysia

Pada bulan Juni lalu, Kementerian Keuangan Kenya mengatakan bahwa APBN bisa jebol untuk mensubsidi biaya bahan bakar jika harga terus naik.

Hal ini mendorong pemerintah Kenya terpaksa menambah utangnya yang bisa menjerumuskan negara itu pada kebangkrutan.

"Pemerintah saat ini berada di posisi yang sulit. Namun yang kami rasakan sangatlah kaget, kami tidak kagum, karena pencabutan subsidi dilakukan sekaligus, bukan dilakukan secara bertahap," kata Aly-Khan Satchu, seorang analis ekonomi dan CEO perusahaan investasi Rich Management.

Baca juga: Penasaran Berapa Harga Bensin di Arab Saudi yang Kaya Minyak?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com