Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Perusahaan BUMN Harus Bisa Jadi Motor Tumbuhnya Ekonomi Syariah di Indonesia

Kompas.com - 26/09/2022, 20:50 WIB
Akhdi Martin Pratama

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Ekonom Syariah dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Irfan Syauqi Beik menilai banyak potensi ekonomi syariah di Indonesia yang belum tergarap sempurna. Selain itu, penggembangan ekonomi syariah di Indonesia juga masih memiliki kendala.

Kendala tersebut adalah rendahnya litrasi masyarakat indonesia terhadap ekonomi syariah. Kendala lainnya adalah kelembagaan.Dia berharap kendala kelembagaan ini dapat dikurangi dengan memanfaatkan teknologi informasi.

"Pemanfaatan teknologi informasi ini menjadi sangat penting. Misalnya membuat e-commerce atau bekerjasama dengan platform global yang berorientasi untuk memasarkan produk halal Indonesia. Sehingga produk halal Indonesia bisa memiliki potensi ekspor," ujar Irfan dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/9/2022).

Masalah lainnya adalah masih banyak SDM Indonesia yang belum memahami ekonomi syariah secara utuh. Irfan memberikan contoh, SDM di bank syariah di Indonesia yang belum mampu menjelaskan mengenai sistim syariah dengan baik kepada masyarakat.

Baca juga: Ekonomi Syariah: Pengertian, Tujuan, dan Karakteristiknya

"Karena kemampuan yang terbatas dalam menjelaskan membuat masih masyarakat kerap salah tangkap atau salah paham menggenai ekonomi syariah. Penguatan SDM ini menjadi sangat vital," kata Irfan.

Kemudian, masalah lainnya yang lebih pelik adalah soal regulasi. Irfan mengakui memang saat ini dukungan pemerintah terhadap ekonomi syariah Indonesia sudah diberikan.

Misalnya dengan Indonesia yang sudah memiliki Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS). Namun hingga saat ini dukungan regulasi ekonomi syariah masih banyak dari pemerintah pusat. Hanya beberapa daerah saja yang sudah memiliki komite daerah ekonomi keuangan syariah.

"Saya berharap Pak Erick Thohir yang juga menjabat sebagai ketua MES dan anggota KNEKS dapat membuat regulasi yang berpihak ke ekonomi syariah. Misalnya bisa memberikan suntikan modal ke Bank Syariah Indonesia (BSI) sebesar Rp 10 triliun agar bisa menjadi bank BUKU 4. Selain itui Pak Erick juga bisa mendorong BUMN untuk lakukan zakat dan wakaf," ucap dia.

Irfan pun berharap Erick Thohir dapat terus berkontribusi untuk selalu menggembangkan ekonomi syariah di Indonesia. Sebab tujuan pendirian MES adalah untuk memasyarakatkan ekonomi syariah di Indonesia.

"Sebagai ketua MES dan Menteri BUMN, Erick Thohir harus terus menggembangkan ekonomi syariah. Perusahaan BUMN bisa menjadi motor tumbuhnya ekonomi syariah di Indonesia. Pendekatannya ekonomis saja. Jangan menggunakan pendekatan idiologi. Masa industri halal Indonesia kalah dengan negara non muslim. Produsen daging halal terbesar dunia Australia. Produsen ayam halal terbesar dunia adalah Brazil," ungkapnya.

Menurut Irfan, pilar utama potensi pertumbuhan ekonomi syariah ada 3 sektor, seperti sektor riil yang meliputi industri makanan minuman halal, farmasi halal, fashion dan kosmetik halal.

Saat ini pertumbuhan industri halal global mencapai 15 persen pertahun. Potensi pertumbuhan yang besar harusnya menjadi peluang tumbuhnya sektor riil di Indonesia.

Baca juga: Bank Digital Bisa Percepat Pertumbuhan Ekonomi Syariah, Ini Alasannya

Diakui Irfan, saat ini sertifikasi halal di Indonesia masih memiliki keterbatasan. Untuk itu dia menyarankan kepada Erick Thohir sebagai ketua MES untuk dapat berkolaborasi dengan kampus di seluruh Indonesia yang memiliki fakultas kimia, teknologi pangan, farmasi dan memiliki laboratorium untuk menjadi lembaga pemeriksa halal (LPH).

Diharapkan pendirian LPH ini juga bisa memberikan tambahan pemasukan bagi kampus.

"Menteri Erick bisa meminta perusahaan BUMN dan PEMDA untuk dapat membantu mengalokasikan anggaran untuk sertifikasi halal bagi UMKM. Sebab sertifikasi halal tak hanya untuk kebutuhan kaum muslim saja. Non muslim juga membutuhkan sertifikasi halal,"ungkap Irfan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com